CINTA IBU = CINTA SEJATI
Ding dong!!!
“assalamualaikum” teriak Mita, rumahnya tampak sepi, Mita mencari orang-orang
di rumah. Dia terus berteriak memanggil Bi Kiyem, Bi Kiyem adalah pembantu di
rumahya, setelah beberapa menit mencari, Bi Kiyem datang dari kebun.
“eh, non Mita,
udah pulang non? Tanya Bi kiyem
“bibi, dari mana
aja sih! Di panggil-panggil kok nggak jawab!” jawab mita kesal
“maaf non, bibi
nggak dengar, ya udah non Mita makan dulu gih,” kata Bi Kiyem
“iya, mama mana
bi?” Tanya Mita
Bi kiyem diam
saja, sambil menyiapkan makan siang, bi kiyem memang agak budek gara-gara dulu, saat dia bekerja di
sebuah Pabrik mesin. Jadi, Mita pun mengulangi pertanyaannya dengan keras.
“biiii,,,,,
Mamaaaa dimaaanaaaa???!!!” teriak
Mita
“aduh non, biasa
aja kali, telinga bibi jadi sakit ni. Nyonya belum pulang kerja” jawab bi kiyem
sambil memegang telinganya
“bibi sih, aku
ngomong nggak kedengaran, hemm,,, yang
benar mama belum pulang bi?” tanya mita sedih
“iya non” jawab bi kiyem
Ya, mama Mita
memang seorang wanita karir, dia sangat sibuk, sering kali Mita merasa kesal
dengan mamanya karena terlalu sibuk kerja.
Setelah
mengganti baju dan makan siang, Mita pergi jalan-jalan ke belakang rumah, dan
dia melihat sebuah gudang, dia penasaran
dan ingin mencari mainannya sewaktu kecil di
gudang itu. Mita langsung masuk kedalam gudang, gudang itu penuh dengan debu
dan banyak binatang-binatang kecil yang melintas, lalu terdapat sebuah kotak di mana di situ lah tempat mainan Mita
disimpan . Mita langsung menghampiri kotak tersebut
dan membukanya, tiba-tiba seekor kecoa keluar dari kotak tersebut.
“aaaa!!!!
Kecooooaaaa!!!!” teriak Mita
Karena kaget,
Mita langsung mundur dan badannya menyenggol sebuah lemari tua dan menjatuhkan
sebuah buku yang tebal ke atas kepalanya PLAAAK!!!
“aduuuh,,, ih
dasar buku gila, waduh bisa-bisa kepalaku benjol ni”
Lalu Mita
memperhatikan buku itu dan penasaran apa isinya.
“eh,
ngomong-ngomong ini buku apa ya? Hem, mendingan aku baca di kamar aja.”
Mita membawa
buku tersebut ke kamarnya, tak lama kemudian, suara klakson mobil mamanya
terdengar di depan sana,
mendengar itu, mita langsung berlari menyambut mamanya, mamanya sangat sayang
dengan Mita, dan mamanya juga selalu mengingatkan Mita untuk selalu
belajar, tapi terkadang
Mita tidak mau mendengar perkataan mamanya,
Mita adalah anak yang
manja, dia anak satu-satunya, beberapa bulan lalu, Mita harus ditinggal
pergi oleh papanya karena kecelakaan, ketika sedang keluar kota,
Mita sangat terpukul
setelah mengetahui hal tersebut. Papanya selalu menemani dan menuruti semua
permintaannya, jadi wajar saja, dia sangat sedih, namun sekarang, sejak papanya
tiada, permintaan mita tidak selalu
dituruti oleh mamanya, mita juga merupakan anak yang tidak bisa memanfaatkan
barang yang masih ada, dia selalu ingin yang baru. Hari ini, ketika mamanya baru pulang kerja, Mita minta belikan baju
baru.
“ma, aku boleh
minta sesuatu nggak?” tanya mita
sambil menghampiri mamanya yang baru saja turun dari mobil.
“minta apa?”
jawab mama
“aku pengen baju
baru, beliin dong ma.”
“baju baru!?”
jawab mama kaget
“iya, bolehkan?” Mita memohon
“enggak! Baju
kamu masih banyak dan masih bagus! Mama nggak mau, kamu beli terus!” jawab mama
marah
“ih, mama jahat,
aku kan pengen seperti teman-teman.”
“Mita,
kamu jangan sering-sering ikut teman-teman kamu, itu namanya pemborosan!”
“Ih!
Mama jahat! Coba aja kalau papa nggak meninggal,
pasti sekarang, papa udah beliin baju buat aku! Mama jahat!” jawab mita sambil
masuk ke kamar.
“mita! Mama Cuma
nggak mau kamu jadi orang yang suka berfoya-foya! Mama sayang sama kamu.”
“bohong! Mama
ngggak sayang sama aku, mama selalu sibuk kerja! Aku benci mama! Aku nggak mau
ngomong sama mama lagi!” teriak mita di dalam kamar.
Mendengar
perkataan mita, mama memilih untuk diam dan pergi ke kamar, mita menggerutu di
dalam kamar. Dia hanya ingin sesuatu
yang Ia inginkan, dapat terpenuhi, tiba-tiba Mita melihat buku harian yang
ia temukan di gudang barusan,
mita penasaran dan mulai membukanya secara perlahan, pada halaman pertama
terdapat sebuah foto seorang ibu dan anaknya, di bawah foto tersebut terdapat
tulisan
BUKU
HARIAN ANDINI. Buku ini adalah buku harian mama mita, karena
penasaran mita membuka lembar selanjutnya, terdapat tulisan yang cukup
acak-acakan seperti tulisan anak berumur 6 tahun.
Namaku Andini,
aku duduk di kelas 1 SD, aku berumur 6 tahun, aku punya ayah dan ibu yang
sangat sayang padaku. Ayahku bekerja di Bank , dan ibu di rumah menemaniku,
setiap hari aku selalu bangun pagi untuk pergi sekolah, setiap pagi, ibu selalu
menyiapkan segelas susu dan roti selai untukku. Aku pergi sekolah bersama ayah,
di sekolah, aku bermain bersama teman-teman, sepulang sekolah aku di ajak ayah
dan ibu makan siang. Setelah makan siang, kami pulang ke rumah, sesampainya di
rumah, aku belajar bersama ayah dan ibu, aku sangat bahagia bisa memiliki orang
tua seperti mereka. Setelah belajar, aku bermain bersama ayah. Malam harinya
aku tidur, mimpiku malam itu sangat indah, aku bisa pergi ke luar negeri
bersama ayah dan ibu, pagi harinya, ayah mengagetkan aku.
“baaa,,, ayo
bangun sayang.”
“ emm,, ayah”
jawabku sambil mengulet di tempat tidur
Setelah bangun
dan mandi, aku sarapan bersama, dan bersiap untuk pergi sekolah. Sepulang
sekolah, aku selalu menuliskan ceritaku disini. Aku sangat bersyukur, hampir
setiap hari aku selalu merasakan kesenangan seperti ini. Hari ini, saat aku
pulang sekolah, aku melihat ibu sedang menjahit, lalu, ibu menawarkan padaku
untuk belajar menjahit. Aku tidak menolak tawaran ibu, ibu sangat sabar
mengajariku menjahit, hingga saat ayah pulang kerja, aku tidak mendengar salam
dari ayah.
“assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam”
jawab ibu
“anak ayah yang
cantik, kok nggak jawab?” kata ayah sambil mencium pipiku
“dia lagi
belajar menjahit yah.” Jawab ibu
“oh, udah dulu
yuk, kita makan siang dulu, ayah bawa sate ni”
“yuk, kita
makan.” Jawabku semangat
“wah semangat
sekali” kata ibu
Kami langsung
makan siang bersama, setelah makan siang, aku langsung belajar bersama ayah.
Ayah selalu menitipkan pesan padaku di sela-sela proses pembelajaran, ayah
bilang, aku harus jadi anak yang pintar, karena kalau sudah pintar nanti, aku
bisa kerja apapun, dan aku bisa pergi keluar negeri, aku juga nggak boleh
sombong bila nanti aku sudah jadi orang sukses. Ayah juga berjanji akan menjadi
ayahku yang baik, dan tidak sombong serta lupa diri. Setelah menitipkan pesan
itu, ayah selalu memelukku, aku bisa merasakan hangatnya kasih sayang di dalam
pelukkan itu, hari-demi hari aku lewati dengan
kesenangan ini.
Hingga pada tanggal 12 Agustus, saat aku berulang tahun, ayah dan ibu memberiku
kejutan, mereka membelikanku sebuah sepeda mini, aku sangat senang bisa bermain
sepeda baruku bersama teman-teman
di komplek.
Sekarang aku
sudah kelas 2 SD, umurku sudah 7 tahun, aku masuk kelas 2B, di kelas ini aku
mengenal teman-teman baru, aku senang bisa kenal dengan mereka. Sepulang
sekolah, aku melihat ibu sedang mengemaskan pakaian-pakaian yang sudah lama,
untuk di beri ke panti asuhan, aku juga ikut membantu, saat aku mengemaskan
baju-baju ibu, aku melihat sebuah kain sutra yang sangat halus, warnanyapun
cerah, lalu aku bertanya pada ibu.
“bu, kain sutra
siapa ini?” tanyaku
“oh itu, itu
kain sutra punya ibu, dulu nenekmu yang memberikannya pada ibu, ibu sangat
menyukainya, bahkan dulu pernah ada yang menawarkan dengan uang ratusan juta,
tapi ibu tidak mau.” Jawab ibu menjelaskan.
“lho! Kenapa?
Kan lumayan uangnya”
“ya enggak lah,
itu kan kain kenang-kenangan dari nenek, nggak mungkin ibu menjualnya.”
“oh begitu”
Di sela-sela
pembicaraan, tiba-tiba ayah pulang dengan membawa makanan, kami bertiga
langsung makan siang, hari demi hari, waktu demi waktu telah aku lewati.
Sekarang aku sudah menginjak bangku kelas 6 SD, aku rasa aku sudah semakin tua,
dan aku rasa, sebentar lagi kepalaku akan tumbuh rambut putih, hahaha...
seperti biasa, setelah pulang sekolah, aku menemani ibu. Aku bercanda gurau
dengan ibu, tapi, bagiku ibu tidak sehebat ayah saat membuat lelucon, tak lama
kemudian, ayah pulang, dan aku lihat ayah tampak sangat berbeda hari ini, wajah
ayah tampak panik, pucat, dan rambutnya acak-acakkan. Saat aku berusaha
bertanya pada ayah, ayah hanya diam dan langsung pergi ke kamar, aku bingung,
tidak biasanya ayah bersikap seperti ini, semua ini berlangsung selama tiga
hari, aku heran, kenapa ayah tiba-tiba bersikap seperti ini. Ayah jadi suka
marah-marah, pulang larut malam, dan pulang selalu dalam keadaan mabuk, ayah
juga tidak pernah menemaniku belajar lagi, tidak pernah membawakan makanan
untuk aku dan ibu di rumah. Padahal sebelumnya ayah adalah orang yang sering
cerita padaku soal permasalahannya, tapi sekarang ayah berubah total.
Hari ini, ayah
pulang pagi hari, aku memberanikan diri bertanya pada ayah, “ yah, kok baru
pulang?” tanyaku, “ udah lah kamu diam aja!” jawab ayah sambil masuk ke kamar.
Aku benar-benar kaget, saat mendengar ayah membentakku, aku tidak mengerti apa
yang sedang dihadapi ayah, keesokan harinya ayah tidak pulang. Aku dan ibu
khawatir, hingga 2 hari ayah tidak pulang, tiba-tiba ada 2 orang berseragam
resmi mencari ayah, ternyata itu adalah polisi, aku dan ibu belum lihat ayah
pulang, jadi kami mencarinya, di jalan, pak polisi menjelaskan apa yang
terjadi, setelah di jelaskan,
ternyata di balik semua sikap ayah beberapa lama ini karena ayah depresi
gara-gara ayah tersandung kasus korupsi.
Aku dan Ibu benar-benar sedih mendengar kenyataan yang pahit ini.
Sudah 1 jam kami mencari ayah, dan akhirnya kami menemukan Ayah sedang berdiri di
pinggiran jembatan tol, sepertinya ayah sedang berusaha untuk melompat. Ayah tertawa
terbahak-bahak, dan mengucapkan “lebih baik aku mati, daripada harus masuk
penjara hahaha...” belum sempat kami mencegahnya, ayah sudah melompat dari
jembatan, “ayaaaahhh,,,,!!!!” teriakku.
Karena kasus itu,
rumah beserta isinya di sita, aku dan ibu bingung harus tinggal dimana, kami
terus berjalan sambil mencari kontrakkan.
“bu, kita mau
kemana lagi? Aku udah capek” tanyaku pada ibu
“sebentar ya
sayang, nah itu ada kontrakkan.” Jawab ibu
Aku dan ibu
harus tinggal di rumah kecil, dan ini pertama kalinya kami harus pergi tanpa
ayah, aku benar-benar terpukul saat melihat ayah terbaring tak bernyawa. Orang
yang selama ini selalu mengajarkanku banyak hal, selalu menemaniku, harus pergi
untuk selamanya, di sekolah, teman-temanku selalu menghinaku, mereka bilang,
aku adalah anak koruptor. Hampir tiap hari aku selalu menangis karena hal itu,
sekarang ibu harus bekerja keras untuk kelangsungan hidup kami, ibu membuka
warung pecel di depan rumah. Sepulang sekolah, aku langsung membantu ibu di
warung, warung pecel ibu buka dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore, dan sekarang
aku sudah hampir masuk SMP. Jadi, kami harus bekerja keras untuk biaya
pendaftaran.
“bu, nanti kalau
aku sudah lulus, aku mau masuk SMP favoritku ya bu?” tanyaku
“iya, insyaallah
ibu bisa biayain.” Jawab ibu sambil tersenyum padaku
“terima kasih ya
bu”
Semenjak ayah
tiada, aku harus belajar sendiri, tidak ada titipan pesan dari seorang ayah,
tidak ada gurauannya, tidak ada pelukan yang hangat darinya lagi, jujur, aku
sangat merindukan ayah. Hari demi hari sudah aku lewati, aku sudah selesai
ujian, hari ini aku akan melihat pengumuman kelulusan. Saat melihat daftar
kelulusan, aku sangat deg-degan, setelah melihatnya aku jadi lega, dan aku menanyakan
pada ibu, kalau aku ingin masuk SMP favorit, ibu meng-iyakan permintaanku. Aku
senang, sekarang aku sudah bisa masuk SMP, jika ayah masih ada, ayah pasti
senang mengetahuiku akan masuk SMP. Malam ini, aku bisa tidur nyenyak, keesokan
harinya, aku melihat papan yang bertulisan “MENERIMA CUCIAN BAJU”.
“bu, di depan
warung kok ada tulisan ini?” tanyaku
“oh itu, ibu
menerima cucian untuk nambah-nambah penghasilan.”
“oh
gitu”
“andini, tolong
ambilkan ibu baskom itu”
“iya. Ini bu”
Aku senang,
besok aku akan mendaftar SMP, aku nggak sabar bisa masuk SMP favoritku.
Keesokan harinya, aku sangat bersemangat. Sesampainya di sana, kami segera mendaftar,
setelah mendaftar, ibu berbincang-bincang dengan kepala sekolahnya.
“bu, ini anak
ibu ya? Lulusan dari SD mana bu?” tanya kepala sekolah
“iya pak, ini
andini anak saya, dia lulusan dari SDN 21 pak” jawab ibu
“oh, yang jelas
kalau sudah masuk disini, dia harus mematuhi peraturan sekolah ya.”
“iya pak, oh ya
maaf pak, saya mau tanya, SPP disini berapa ya?”
“oh, SPP disini
Rp. 300.000 bu”
“oh iya, terima
kasih pak.”
Sejak ibu
menanyakan soal SPP,
ibu jadi semakin giat bekerja, dari pagi hingga malam, ibu tidak berhenti
bekerja. Ibu juga sudah tidak punya waktu luang untuk bercanda gurau seperti
dulu, sudah seminggu aku masuk sekolah, disana teman-temanku banyak orang kaya,
mereka juga banyak memakai perhiasan,
sehingga timbu hasratku ingin memiliknya juga.
“assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam”
jawab ibu
“ bu, aku boleh
minta...”
“nanti dulu ya
andini, ibu lagi sibuk”
Malam hari:
“bu, bisa
temenin aku belajar?” tanyaku
“maaf andini,
ibu belum selesai menyetrika baju” jawab ibu
“ya udah, kalau
gitu, aku boleh minta sesuatu?
“minta apa?”
“aku pengen
pakai perhiasan seperti teman-teman di sekolah”
“perhiasan!” ibu
kaget
“iya bu, boleh
kan?”
“tidak! Untuk
biaya sekolah kamu aja udah pas-pasan, ibu nggak bisa nurutin kamu!”
“ih, ibu jahat!,
kenapa sih? Aku kan Cuma pengen seperti mereka!”
“kamu jangan
ikut-ikutan mereka andini! Mereka itu orang kaya! Nanti kalau kamu pakai perhiasan,
kamu bisa jadi korban kejahatan!”
“ih! Ibu jahat!
Coba aja kalau ayah masih ada, pasti ayah akan membelikanku! Ibu jahat! Aku
nggak mau ngomong sama ibu lagi!”
“andini!”
Sejak itu, aku
tidak pernah berbicara dengan ibu, biasanya ibu bertanya padaku, tapi aku hanya
diam saja. Semua ini berlangsung 3 hari, lalu suatu hari, aku melihat salah
satu temanku, dia sangat cantik dan dia memakai banyak perhiasan. Tiba-tiba
dari kejauhan 2 orang pengendara motor merampas seluruh perhiasannya, saat itu
jalan sangat sepi dan aku benar-benar panik melihat dia berteriak dan menangis.
Aku langsung lari pulang, “assalamualaikum, ibu, ibu” tidak ada yang menjawab,
aku mencari ibu ke dapur, ternyata ibu sedang berbicara dengan seorang
pelanggan cucian. Saat itu, aku melihat ibu menerima uang sebesar Rp.25.000,
yang benar saja, baju yang ibu cuci sangat banyak, tapi ibu hanya di upah
25.000, aku tidak percaya ini. Setelah pelanggan tadi pulang, aku langsung
berlari dan memeluk ibu sambil menangis, ibu terkejut, dan bingung, akupun
menjelaskan apa yang telah terjadi. Ibu hanya tersenyum dan memelukku, saat itu
aku merasakan hangatnya kasih sayang melebihi pelukan ayah dulu, pada hari
minggu, aku berniat untuk membantu ibu dari pagi hingga malam.
Pagi-pagi aku
mulai membantu ibu menjaga warung, siang hari, kami membagi tugas, ibu mencuci
baju dan aku menjaga warung, semua yang sudah aku kerjakan benar-benar menguras
tenaga, padahal aku baru mengerjakan sedikit, sepenuhnya di kerjakan oleh ibu.
“bu, aku sudah
capek” keluhku pada ibu
“andini, baju
yang belum dikerjakan masih banyak, kamu jangan ngeluh dulu dong” jawab ibu
“tapi tanganku
udah nggak kuat”
“hem, ya udah
lah, belajar sana, habis itu istirahat”
“iya bu”
Aku melihat ibu,
dia benar-benar bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Tak terasa waktu
telah berlalu, sebentar lagi aku akan ulangan umum kenaikan kelas, kami akan
butuh uang untuk mendaftar ulang. Di sekolah, aku selalu dibekalkan ibu dengan
masakan dari rumah, sebenarnya aku ingin makan di kantin seperti yang lain,
tapi sekarang aku sudah mengerti kondisi ekonomiku.
“andini” panggil
pak guru
“iya pak”
“gini, kamu kan
sudah nunggak 3 bulan SPP nya, tolong cepat dilunasi ya, nanti kamu tidak bisa
ikut ulangan.”
“oh, iya pak,
saya akan usahakan”
Ya, SPP ku sudah
menunggak, aku rasa aku harus lebih banyak membantu ibu. Ibu sudah bekerja
keras untuk ini, sekarang aku juga harus bekerja keras. Pulang sekolah, aku
langsung menjaga warung, dan ibu, aku suruh dia untuk beristirahat, jadi semua
aku yang tangani, tetapi ibu tidak mau, ibu memilih untuk melanjutkan mencuci
baju, dan aku yang akan melayani pelanggan di warung, aku bekerja keras membuat
pecelnya sendiri, pelanggan semakin banyak dan aku semakin sibuk, hingga aku
melakukan kesalahan yang sangat fatal.
“permisi pak,
silahkan duduk, permisi”
Tiba-tiba
PLAAK!!! Piring yang aku bawa, terjatuh dan membuat baju seorang pelanggan jadi
kotor.
“aduh! Gimana
sih dek! Kotor ni!” kata seorang pelanggan marah
“maaf pak, saya
nggak sengaja, biar saya bersihkan ya pak” jawab aku
“maaf ada apa
ini?” ibu tiba-tiba datang
“bu! Lihat ini
kerjaan anak ibu! Baju saya jadi kotor!” jawab seorang pelanggan
“ya ampun, saya
minta maaf pak”
“aku nggak
sengaja bu” jawabku
Gara-gara
kejadian itu, pelanggan tadi tidak mau bayar, kami jadi rugi. Hari sudah
menjelang sore, warung pecel kami sudah tutup, pendapatan hari ini sebesar
Rp.450.000. dan ini lumayan untuk melunasi 1 bulan SPP ku, dan sejak kejadian
tadi siang, ibu tidak berbicara padaku, aku sangat merasa bersalah. Sungguh!
Aku tidak sengaja menumpahkan pecel ke salah satu pelanggan. Aku memberitahu
ibu soal SPP, dan ibu bilang, aku harus memakai uang hasil penjualan pecel
tadi, dan sisanya ibu yang mengurusnya. Hanya itu yang ibu katakan padaku, aku
tahu ibu pasti marah padaku, malam ini aku rasa aku tidak bisa tidur nyenyak.
Aku mencoba untuk tidur, tapi aku tak bisa, aku memilih untuk keluar sebentar,
di luar aku melihat ibu sedang duduk dengan
sebuah papan yang sedang di tulisnya.
“bu,” panggilku
“kamu belum
tidur andini?”
“belum bu, aku
nggak bisa tidur. Ibu nggak tidur?”
“belum, ibu lagi
menulis ini” sambil menunjukkan sebuah papan
“MENERIMA
JAHITAN BAJU?” tanyaku
“iya, ibu mau
menjahit, sebentar lagi kamu kan mau daftar ulang, jadi uangnya harus disiapkan
dari sekarang” jawab ibu
“tapi, ibu kan
sudah banyak bekerja, ibu nggak capek?”
“enggak kok,
pokoknya ibu lakukan ini demi kamu” jawab ibu sambil tersenyum padaku
Aku sangat
terharu, walaupun aku sudah membuat kesalahan, ibu tetap berjuang untukku
“bu, maaf ya”
kataku
“soal tadi
siang?” tanya ibu
“iya,”
“ibu maklum,
kamu kan baru pertama kali melayani pelanggan sendirian”
“maaf ya bu,”
kataku sambil memeluk ibu
Sekarang aku
sudah naik ke kelas 9, semua ini benar-benar perjuangan dari ibu. Waktu demi waktu
terus berjalan, hingga aku SMA. Belum lama ini, ibu kelihatan sakit, aku
berusaha untuk menyuruh ibu beristirahat, tapi ibu tidak pernah mau. 3
pekerjaan sekaligus ibu kerjakan sendiri, aku salut dengannya, di sela-sela aku
mengerjakan PR ibu bertanya padaku, ibu bertanya aku mau masuk jurusan apa saat
kuliah nanti, aku memilih jurusan bahasa inggris, dan aku juga berjanji akan
membawa ibu keluar negeri bersamaku.
Hari ini, aku
melihat ibu sedang berbicara dengan seorang pelanggan, yang ingin mengambil
jahitannya, tapi tampaknya pelanggan itu sedang marah-marah pada ibu. Ternyata
setelah kudengar-dengar, pelanggan itu marah gara-gara ukuran bajunya tidak
pas, dan lagi-lagi, kami rugi, pelanggan itu marah-marah dan tidak mau bayar.
Tetapi ibu mengikhlaskan semua itu, ibu hanya menyalahkan dirinya karena tidak
teliti dalam membuat baju, huff,,, yang benar saja, dana pembuatan baju tadi
sangat besar dan usaha yang giat, sekarang terbayarkan amarah dari orang lain.
Aku tidak bisa terima. Dan aku heran, kenapa ibu tetap mengikhlaskannya,
padahal, dengan menjual sebuah televisi saja, masih kurang untuk mengganti
kerugian tersebut, aku benar-benar salut dengan ibu.
Tidak terasa
sekarang aku sudah berusia
19 tahun, aku ingin mendaftar kuliah jurusan bahasa inggris, sekarang, aku
butuh banyak biaya lagi, untuk pendaftaran. Dan di umur ini, aku bisa merasakan
kasih sayang seorang ibu yang sangat besar.
Siang hari, saat
aku baru selesai menjemur baju.
“huff,,, hai,
bu, lagi ngapain?” aku menghampiri ibu yang sedang duduk sambil memegang kain
sutra miliknya.
“ibu lagi
mengenang saat-saat nenek memberikan kain sutra ini pada ibu.” Jawab ibu
“oh, kayaknya
ibu suka banget ya dengan kain ini?” tanya ku
“iya dong, ini
kan kenang-kenangan dari nenek yang paling antik dan satu-satunya.”
“hem,,, ya udah,
aku mau mandi dulu ya, aku nggak sabar besok lusa, aku akan mendaftar perguruan
tinggi.” Kataku sambil memegang pundak ibu dan ingin masuk ke kamar, tiba-tiba
ibu memegang tanganku.
“ada apa bu?”
“enggak, ibu
Cuma nggak nyangka, dulu kamu masih sangat kecil, masih ibu gendong, ibu
mandiin, sekarang, kamu sudah sebesar ini. Sudah 19 tahun ibu bersama kamu.”
“iya, aku juga
nggak nyangka, udah lama aku disini bersama ibu tanpa ayah.” Jawabku
Ibu hanya tersenyum
dan matanya tampak berkaca-kaca, ya, tidak terasa sekarang umurku sudah 19
tahun, dan banyak meninggalkan kenangan, terutama kenangan bersama ibu. Kalau
di ingat-ingat, dulu memang aku masih di mandikan oleh ibu, di gendong
kesana-kemari, dari ayah masih ada hingga telah tiada ibu selalu ada di
dekatku. Dan kenapa,,, dulu aku selalu membanggakan ayah, padahal sudah
jelas-jelas ayah sudah mengingkari janjinya dulu, dan ibu lah yang sudah
berjuang untukku hingga sejauh ini. Keesokan harinya saat aku pulang dari
warung, aku melihat seorang wanita membawa kain sutra mirip kain sutra milik
ibu.
“assalamualaikum
bu.”
“wa’alaikumsalam”
jawab bu
“bu, wanita itu
punya kain sutra yang mirip kain sutra milik ibu, tadi itu siapa?” tanyaku
“andini, ini
uang untuk mendaftar kuliah besok” jawab ibu
“uang, bu, ibu
belum jawab pertanyaan andini, wanita tadi itu siapa?”
“andini, ibu
memang tidak seharusnya melakukan ini. Tapi ibu hanya ingin buat kamu bahagia”
“maksud ibu?”
tanya ku penasaran
“ ibu sudah
menjual kain sutra pemberian nenek.”
“apa! Bu, kenapa
ibu lakukan itu? Itu kan kenang-kenangan dari nenek?”
“tidak apa-apa,
ibu sudah tidak punya uang untuk membiayai kamu, hanya itu jalan satu-satunya.
Tapi ibu ikhlaskan semuanya.” Jawab ibu
“bu, kalau ibu
nggak bisa biayain andini, nggak apa-apa kok, andini nggak kuliah juga nggak
apa-apa, andini nggak mau sampai ibu mengorbankan semuanya demi andini.”
“tidak apa-apa
andini, ibu mau kamu sekolah setinggi-tingginya, agar cita-cita kamu tercapai.”
“ya, allah
terima kasih ya bu” aku memeluk ibu sambil meneteskan air mata.
Hari senin, aku
mendaftar kuliah, dan aku menjalani semua ini dengan sangat semangat, hingga
sekarang, umurku sudah 20 tahun, ketika pagi hari, ibu mengagetkanku dan
memberiku hadiah. Awalnya aku bingung, untuk apa hadiah ini, ternyata aku baru
teringat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-20 tahun, tidak
terasa, aku semakin tua, ohya hadiah yang ibu beri adalah baju yang bertuliskan
ANDINI LOVE IBU, itu adalah hadiah yang luar biasa, ibu membuatnya sendiri
khusus untuk aku, dan di kampus, aku juga di beri kejutan dari teman-teman,
selain itu, ada hadiah yang benar-benar membuatku bangga, hadiah yang tidak
akan aku lupakan, yaitu. Aku dapat beasiswa ke CANADA!!! Waw yang benar saja,
ini benar-benar menakjubkan, aku sangat senang dan tidak sabar ingin
memberitahukan pada ibu. Saat pulang, tidak biasanya warung pecel ibu tutup.
“assalamualaikum”
Tidak ada yang
menjawab salamku, lalu, aku melihat ibu sedang tertidur di meja mesin jahit
“aduh, ibu
kenapa tidur sih? Bu, lihat andini dapat beasiswa ke canada, ibu senang kan?
Nah, andini kan pernah janji, akan mengajak
ibu pergi ke luar negeri, jadi, nanti kita pergi ke canada sama-sama ya bu.”
Kataku sambil membisikkan ibu, namun ibu tidak beranjak dari tidurnya
“bu, bangun
dong! Jangan tidur terus, lihat ni,
andini bawa apa? Bu? Ibu bangun?” aku terus berusaha membangunkan ibu, tapi ibu
tetap tidak bangun, aku panik, dan mencoba membangunkannya lagi
“ibuu,,, ibu
kenapa nggak bangun sih!? Ibu jawab dong, ibu kenapa diam aja?”
Aku mencoba
memeriksa nadinya, air mataku pun menetes, seakan tak percaya ini terjadi, ya,
aku benar-benar tak percaya, ini saat terakhirku melihat ibu, di saat hari
ulang tahunku, dan di saat yang membahagiakan, ibu tidak dapat hadir melihat
semua kebahagiaan ini. Orang yang selama ini telah menjalani banyak hal
bersamaku, telah pergi untuk selamanya, disaat yang tidak tepat. Aku tetap
tidak mempercayai ini. Bagiku, ibu adalah orang yang sangat baik, sabar, dan
ibu juga tidak pernah mengeluh dengan apa yang telah di dapatnya, walaupun itu
tidak pernah bisa cukup untuk dirinya, ibu tidak pernah meminta balasan dari
apa yang sudah di berikannya padaku, ibu bahkan ingin melakukan apapun demi
kebaikan anaknya, walaupun itu termasuk tindakan yang merugikan untuk dirinya,
tapi ibu selalu mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Ibu adalah segalanya
bagiku, cinta yang telah diberikannya padaku menunjukkan bahwa cinta seorang
ibu adalah cinta sejati, yang tak pernah memikirkan apapun resikonya. (tamat)
Cerita dalam
buku harian itu sudah selesai. Setelah membaca buku harian tersebut, mita
menangis tersedu-sedu dan berlari menuju kamar mamanya, dan meminta maaf atas
segala omongan yang telah di lontarkan kepada mamanya tadi sore.
“mita, ada apa?”
tanya mama
“ma, maafin mita
ya,”
“maaf kenapa?”
“soal perkataan
mita yang udah buat mama sakit hati, apapun yang mita katakan maafin mita ya
ma.” Mita memohon sambil menangis.
“iya, mama
ngerti kok, mama juga pernah seperti mita, mama juga minta maaf, karena mama
selalu sibuk kerja dan tidak bisa menuruti kemauan kamu.”
Mendengar
perkataan mamanya, Mita
terus menangis dan tidak mau melepaskan pelukannya.
Pesan:
jangan pernah meremehkan perlakuan dan nasihat dari seorang ibu J