Wednesday, July 2, 2014


DI SAAT AKU SAKIT PERUT

Pukul menunjukkan 10:00 WIB, aku dan teman-teman lama berkumpul di café.
“hey, gue punya cerita ni, dulu, waktu gue masih duduk di bangku kelas X, gue pernah nyatain cinta ke cewek dengan cara gokil” kata Dimas
Setiap orang harus punya cerita. Dimas menceritakan masa-masa SMA, saat dia menyatakan cinta pada seorang wanita, Bryan menceritakan liburannya di Singapore bulan lalu, dan Fauzi bercerita seputar keluarganya saat di Mekkah, sedangkan aku…..
“hey Fahmi! Sekarang giliranmu” kata Fauzi sambil menepuk pundakku
“cerita? Memangnya apa yang harus aku ceritakan?” tanyaku
“apapun, mungkin masa kuliah, tidak mungkin kamu tidak memiliki cerita yang menarik, sekarang kan kamu sudah memiliki 1 istri dan hampir jadi ayah” jawab Fauzi
“mendingan cerita malam pertamamu” potong Bryan
“ haha… oke, aku akan menceritakan cerita yang menegangkan” jawabku
Sebelum aku memulai cerita, aku meyakinkan kepada teman-teman.
“guys! Percaya atau tidak, inilah peristiwa yang pernah aku alami” kataku
“iya, yang penting kamu cerita aja” jawab Dimas
Baiklah, beberapa tahun lalu, tahun dimana aku harus menjadi panitia ospek, semua mahasiswa dan mahasiswi baru, berkumpul di halaman dengan dandanan seperti orang gila, mereka semua berdiri mendengarkan pidato dari kepala kampus, beberapa menit pidato berlangsung, tiba-tiba salah satu junior berpenampilan kumuh serta bau badannya seperti bau kemenyan itu meminta izin untuk ke WC.
“kak, permisi, saya mau ke WC, sakit perut” katanya sambil memegang perut
“aduh! Kenapa harus sekarang sih! Ya udah cepetan sana!” jawabku
Setelah pidato selesai, semua panitia mengerjakan tugas masing-masing, termasuk aku.
“eh dek! Kalau kamu bisa jawab pertanyaanku, aku akan kasi kamu hadiah” kataku pada salah satu mahasiswa/ junior
“pertanyaan apa kak?” tanyanya
“ tanggal berapa Habibie dan Ainun mempunyai anak pertamanya?” tanyaku
Beberapa menit kemudian
“maaf kak, saya nggak tahu” jawabnya
“hah! Nggak tahu? Haha…. Sekarang kamu harus push-up 100 kali” perintahku.
Junior itu langsung melakukan perintahku, sedangkan junior yang lain masih berdiri di lapangan. Asyik juga ngerjain adik-adik junior, serasa seperti Raja. Belum lama itu, seorang junior yang bernama Rahulang meminta izin ke WC, aku pun mengizinkannya, setelah itu, aku melaksanakan tugasku lagi. Belum lama, lagi-lagi si Rahulang meminta izin ke WC, kalau dihitung-hitung, sudah 10 kali dia bolak-balik ke WC, aku pun semakin kesal dengannya.
“kak” panggil Rahulang
“apa! Ke WC lagi? Nggak boleh! Dasar!” jawabku
“ tapi kak! Saya udah nggak tahan” katanya
“tetap tidak boleh!” jawabku
“ih! Jahat! Awas ya! Kalau kakak nanti ngerasain apa yang saya rasa!” katanya dengan mata yang menyeringai
“kamu menantang saya!” kataku menatap wajahnya
“saya sumpahkan! Kakak sakit perut lebih dari saya!” jawabnya
Aku tidak memperdulikan kata-katanya, 3 hari telah berlalu dan Ospek telah selesai, semua Mahasiswa dan Mahasiswi memulai proses pembelajaran, saat itu aku memang sudah dekat dengan salah satu wanita, yaitu Farah, dia sahabatku dari SMA, dia masuk jurusan Akutansi sedangkan aku masuk jurusan Kimia. Ketika aku memulai penelitian di laboratorium, aku merasa tidak enak badan, tapi, karena aku sangat menyukai penelitian ini, jadi aku terus melanjutkan penelitiannya. Semakin lama, kepalaku semakin pusing, aku memutuskan untuk beristirahat sebentar, perutku mual, kepalaku sakit, dan badanku keluar keringat dingin, lalu aku berbaring di kursi panjang, tanpa disadari aku tertidur selama 5 menit. Tiba-tiba terdengar suara membangunkanku, ternyata itu adalah Reza temanku, dia bermaksud untuk mengantarku pulang, namun aku menolak, karena aku sudah merasa lebih baik, beberapa menit kemudian, Farah datang, dia menawarkanku ikut pertandingan lari jarak jauh, karena aku sudah berpengalaman ikut pertandingan seperti itu, jadi aku bersedia untuk mendaftarkan diri untuk menjadi atlit lari.
Keesokan harinya, aku dan Farah pergi mendaftarkan diriku di pertandingan, setelah mendaftar, kami makan siang bersama, dalam perjalanan, tiba-tiba aku merasa sakit di bagian perut.
“aduh!” kataku sambil memegang perut
“ada apa fahmi?” tanya Farah
“aduh,,, perutku sakit ni” jawabku
“sakit perut? Ya udah, kamu ke WC aja dulu” kata Farah
Aku pun segera pergi ke WC umun, setelah itu keadaanku mulai membaik, kami melanjutkan lagi perjalanan, setibanya kami di rumah makan, ketika Farah sedang memesan, perutku sakit lagi, tanpa sepengetahuan Farah, aku lari ke WC, setelah itu, aku pergi menghampiri Farah, yang sedang duduk menantiku.
“ kamu dari mana?” tanya Farah
“aku dari WC” jawabku
“kamu sakit perut lagi” tanyanya
“iya’’ jawabku
Setelah makan siang, kami berdua pulang, di rumah, perutku sakit lagi. Hampir 10 kali aku bolak-balik ke WC, aku juga bingung kenapa aku bisa merasa sakit seperti ini? Keesokan harinya seusai kuliah, aku pergi latihan lari, aku bersiap di garis start, eh,,,, tiba-tiba perutku kambuh lagi.
“bersedia! Siap! Mu....” teriak pelatihku
“pak...pak...pak tunggu dulu” kataku
“aduh, ada apa Fahmi?” tanya pelatihku
“perut saya sakit pak” jawabku sambil berlari ke WC
Setelah itu, aku memulai latihan, baru 2 meter aku berlari, perutku sakit lagi, aku berlari menuju ke WC lagi, seusai latihan, pelatihku tak yakin aku bisa ikut pertandingan ini, namun aku bertekad untuk tetap bisa ikut pertandingan dan berusaha menghilangkan sakit perut ini. 2 hari telah berlalu, perutku masih saja sakit, pelatihku semakin marah dengan keadaanku seperti ini, aku sudah meminum 5 jenis obat sakit perut dan Farah telah mencarikanku 5 jenis dokter, tapi masih saja rasa sakit ini belum bisa hilang. Suatu hari ketika aku di kampus, aku bertemu dengan Rara, dia bilang dia sangat menyukai lelaki pelari sepertiku dan dia mengajakku makan malam di sebuah restoran mewah. Hatiku berbunga-bunga, aku langsung menceritakan hal ini pada Farah, namun Farah terlihat tak senang, bila aku pergi jalan-jalan dengan primadona kampus itu, apa karena dia cemburu ya? Ya sudah lah, yang jelas, saat malam hari tiba, aku sudah menunggu Rara di restoran, dan Rara datang dengan penampilan yang luar biasa, tubuhnya sangat elok, aku sedikit nervous ketika dia mendekatiku, makan malam kami terasa hangat dan romantis, dalam kehangatan dan keromantisan itu, tiba-tiba perutku kambuh lagi, sekitar 5 kali aku bolak-balik ke WC, Rara menjadi kesal denganku dan dia pergi meninggalkanku.
Aku juga kecewa, padahal malam itu adalah malam yang paling indah, tapi gara-gara sakit perut ini semuanya jadi berantakan, aku pulang dengan wajah kusut. Di rumah, aku teringat dengan Rahulang, dia junior yang pernah menyumpahku menjadi seperti ini. Keesokan harinya, saat di kampus, aku memberitahu hal ini pada Farah.
“makanya, jadi senior itu jangan belagu, kena batunya deh” kata Farah mengejekku
“udah ah, mendingan sekarang, kamu bantu aku cari Rahulang di kampus ini” jawabku
Kami berdua mulai mancari Rahulang, namun, ternyata Rahulang tidak kuliah di kampus kami lagi, syukurnya ada salah satu junior yang tahu dimana Rahulang berada, Rahulang tinggal di Cibubur, setelah mendapatkan informasi, kami bersiap untuk menjelajahi Cibubur, namun, sebelum itu, aku di temani Farah untuk latihan lari, hari ini perutku sangat sakit, jadi lariku sangat lamban, sehingga membuat pelatihku murka.
“Fahmi! Kalau kamu tidak niat ikut lomba! Jangan mendaftar!” bentak pelatihku
“aduh pak, maaf, perut saya sakit banget” jawabku
“saya kasi kamu waktu 7 hari sebelum pertandingan dimulai, pokoknya kamu sudah harus sembuh” kata pelatihku
“berarti, mulai hari ini dong pak?” tanyaku
“iya! Pertandingan nanti jangan kecewakan saya” jawab pelatihku sambil pergi.
Dengan sepeda motor, kami mulai perjalanan, setelah 1 jam, kami tiba di cibubur, tapi kami bingung, dimana letak rumah Rahulang, kami memutuskan untuk beristirahat sebentar, saat kami sedang menikmati suasana, tiba-tiba seorang lelaki menjatuhkan dompetnya.
“pak-pak,,, ini dompetnya” kataku
“oh, terima kasih” jawab lelaki itu
“iya, sama-sama” jawabku
“kamu sedang mencari alamat ya?” tanyanya
“kok bapak tahu?” tanyaku
Lelaki itu hanya tersenyum dan memberiku secarik kertas
“apa ini pak?” tanyaku sambil memperhatikan kertas itu, lalu aku melihat di situ tertulis DENAH LOKASI RAHULANG, sontak aku kaget sekaligus senang, ketika aku ingin berterima kasih pada lelaki tadi, lelaki itu telah menghilang entah kemana. Dengan segera, aku dan Farah mencari alamat yang ada di kertas tadi, kami terus berjalan, kadang-kadang aku mampir ke WC umum, karena perutku masih sakit. Hari semakin sore, akhirnya kami tiba di lokasi, namun lokasi yang dituju, sepertinya menuju ke hutan terlarang, di saat aku dan Farah sedang kebingungan, lelaki tadi siang tiba-tiba hadir dihadapan kami, dan dia menjelaskan lokasi tersebut dan menerangkan bahwa Rahulang itu adalah singkatan dari RAtu HUtan terLAraNG, dia memang sengaja memancing orang untuk datang kehutannya untuk dijadikan tumbal, banyak sekali yang pergi ke hutan itu untuk meminta pertolongan, namun banyak juga yang tidak kembali. Mungkin hanya orang-orang yang beruntung yang bisa kembali, mendengar perkataan lelaki itu, aku dan Farah agak takut, tapi kami tetap nekad untuk maju terus. Kami mulai melangkah 1 demi 1 menuju hutan.
Semakin dalam kami masuk hutan, hawa menyeramkan sudah semakin terasa dan hari sudah semakin gelap, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan besok dan malam ini, kami berrniat untuk membangun tenda dan api unggun, sebelum kami membangun tenda dan api unggun, dari kejauhan tampak sebuah rumah mewah. Sebenarnya kami lumayan takut, tapi kami berpikir, orang yang ada di rumah itu tahu di mana rumah Rahulang. Kami pun pergi menuju rumah tersebut, sesampainya di sana, kami disambut dengan baik, orang-orang di sana menyuruh kami masuk dan menikmati hidangan yang telah disiapkan.
“ayo silahkan nikmati” kata Pak Amat
“aduh, maaf ni pak, kami kesini Cuma mau nanya” jawab Farah
“udah, nanti aja nanya nya, yang penting kita makan dulu, kebetulan kami sedang makan malam, jadi, kita barengan aja” kata Pak Amat sambil membawa kami duduk di kursi meja makan.
Kami tidak dapat berkata apa-apa, saat itu perut kami memang sedang keroncongan, kami pun makan malam bersama keluarga Pak Amat, anak Pak Amat yang paling kecil, yaitu Baron, dia sangat menyukai Farah. Setelah makan malam, kami membersihkan diri dan bersantai di ruang TV, aku pun mulai menanyakan alamat rumah Rahulang.
“oh, neng Rahulang, dia yang punya rumah ini, saya Cuma menumpang” kata Pak Amat
“memangnya, rumahnya ada berapa pak?” tanyaku
“rumahnya banyak, ada dimana-mana, nanti, kalau kamu ketemu rumah setelah rumah ini, itu juga rumah dia” jawab Pak Amat
“oh, gitu ya pak, ya udah terima kasih pak, saya mau istirahat dulu” kataku
“oh, iya silahkan” jawab Pak Amat
Aku langsung pergi ke kamar untuk beristirahat, sedangkan Farah masih bermain dengan Baron si kecil anak Pak Amat. Kami memang merasa nyaman menginap di sana, belum lama aku tertidur, aku mendengar suara teriakkan dari kamar Farah, sehingga membuatku terbangun. Tiba-tiba Farah mengetuk-ngetuk pintu kamarku dengan wajah yang tegang.
“ada apa Farah?” tanyaku
“aku melihat zombie tidur di atasku” jawab Farah
Beberapa saat kemudian, zombie yang dimaksud Farah keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah kapak, sontak, kami kaget dan pergi meninggalkan rumah tersebut, sebelum kami keluar rumah, tiba-tiba Pak Amat hadir.
“kalian mau kemana?” tanya Pak Amat
“maaf pak, kami melihat zombie pak” jawab Farah
“zombie? Apakah wajahnya seperti ini?” kata Pak Amat
Tiba-tiba wajah Pak Amat berubah menjadi hancur seperti zombie, Aaaa....!!!! kami berteriak dan lari keluar rumah, sehingga membuat kami tersandung dan jatuh pingsan. Keesokan harinya, ketika sang fajar memancarkan sinarnya, namun sinarnya tidak dapat menembus rimbunan dedaunan  di hutan itu. Aku mulai membuka mata dan membangunkan Farah, kami berdua berdiri di tengah hutan  tanpa satupun bangunan rumah berdiri.
“bukankah, tadi malam ada rumah di sebelah sini?” tanya Farah
“entahlah” jawabku
Kami masih memperhatikan sekitar hutan, hanya terdapat pohon-pohon yang tinggi menjulang dengan dedaunan rimbun.
“sudahlah, lebih baik kita lanjutkan mencari rumah Rahulang”kataku
“baiklah” jawab Farah
Kami mulai melanjutkan perjalanan, hari mulai siang, perutku kambuh lagi, rasanya sangat sakit, jadi, aku pergi di balik semak-semak, saat aku sedang membuang air, aku mendengar Farah sedang berbicara dengan orang lain, ternyata orang itu adalah Norma, dia pergi ke hutan ini untuk berjumpa dengan Rahulang, karena sakit kepala yang tak kunjung sembuh, gara-gara sumpah dari Rahulang, kami pun berpetualang bersama, hari sudah sore, tiba-tiba terlihat lagi bangunan rumah megah, rumah ini terlihat lebih megah dari sebelumnya. Kami tidak mau masuk ke dalam rumah itu, ketika kami berbalik dan ingin melangkah menjauhi rumah itu, baru satu langkah kami melangkah, tiba-tiba pohon-pohon yang tinggi berubah menjadi kursi, meja dan barang-barang antik. Kami tercengang.
“hah! Kok kita bisa berada di dalam rumah sih?” tanya Farah
“waduh, bahaya ni” jawab Norma
“kayaknya ini adalah rintangan yang harus kita lalui” kataku
“udah ah! Aku nggak mau di sini! Mendingan kita keluar aja yuk” kata Farah
Kamipun berusaha untuk pergi, namun kaki kami tidak dapat di gerakkan, kami terus berusaha menggerakkannya, tapi tetap tidak berpengaruh, hingga kami memutuskan untuk melalui rintangan tersebut, barulah kaki kami dapat digerakkan. Kami bersiap menghadapi rintangan itu. Lalu, ada seorang wanita berpenampilan anggun, kami bertiga bersiap apapun yang terjadi, lalu wanita itu memetikkan jarinya, seketika zombie-zombie keluar dan menyerang kami, kami bertiga berlari dan berusaha mencari jalan keluar, kemi terus berlari melintasi lorong di rumah tersebut. Di ujung lorong itu terdapat gerbang yang semakin menutup, kami terus berlari agar tidak terkunci di dalam lorong itu, sedangkan para zombie masih mengejar kami. Gerbangnya hampir merapat, aku dan Norma berhasil keluar, namun Farah tertinggal di belakang kami.
“Fahmi!!!! Tolong....” teriak Farah
“Farah!” kataku panik
Aku berusaha mencari benda-benda yang dapat di gunakan untuk membuka gerbang jeruji itu, sedangkan para zombie semakin mendekat.
“Fahmi tolong” kata Farah sambil menangis
“sabar,,, aku sedang berusaha” jawabku
BRAAK...BRAAK...BRAAK sebuah besi kupukulkan di bagian kunci gerbang. Gerbang itu akhirnya berhasil kubuka, setelah kubuka gerbangnya, Farah mencoba keluar, namun kakinya di tarik oleh salah satu zombie. Aku dan Norma berusaha menarik tangannya, namun tenaga zombie itu lebih kuat dari pada kami, jadi, mereka berhasil mendapatkan Farah.
“Faraah!!!” teriakku
“sudahlah, lebih baik kita cari rumah Rahulang saja” kata Norma
“tidak! Aku harus selamatkan Farah” bentakku
Aku memasuki lorong itu lagi dan berlari mencari Farah, namun perlahan semua dinding berubah menjadi pepohonan yang tinggi dan rindang, rumah itu berubah menjadi hutan lagi.
“apa! Tidak mungkin” kataku panik
“sudahlah, mungkin dia sudah berada di rumah Rahulang” jawab Norma
Aku memilih untuk beristirahat sejenak menenangkan diri, tanpa aku sadari, aku tertidur, para zombie mengepungku, dan mereka bersiap menyerangku, semakin lama, mereka semakin dekat, tubuhku tak dapat di gerakkan, mereka mendekat, mendekat, mendekat
“arrrggghhh!!!” teriakku
“ada apa Fahmi?” tanya Norma
“aku mimpi buruk” jawabku
“oh, mungkin itu hanya bawaan kecapekan kali” kata Norma
“ayo, kita harus lanjutkan perjalanan ini” perintahku
Kamipun melanjutkan perjalanan, di sela-sela perjalanan, aku merasa ada yang aneh, mengikuti kami, ternyata benar, tiba-tiba dari kejauhan, aku melihat seseorang berpenampilan compang-camping mendekatiku, saat dia berada di dekatku, wajahnya perlahan melepuh, mengeluarkan darah dan bola matanya terlepas. Aaaa,,!!!! Teriakku dan Norma sambil berlari, ternyata bukan hanya 1 zombie, zombie yang lain juga datang dari berbagai tempat di hutan itu. Aku dan Norma terus berlari sehingga membuat kami terpisah, 1 zombie terus mengejarku, hingga aku terjatuh di sungai dan pingsan, aku terhanyut terbawa arus, untung saja Norma menemukanku dan membawaku ke tepi sungai. Saat aku terbangun, aku merasa sangat lemah, di sela-sela itu terdengar suara tangisan bayi, aku dan Norma mencari asal suara itu, setelah di cari-cari, kamipun menemukannya, ternyata itu adalah Baron, anak Pak Amat, ketika Norma ingin mendekatinya.
“jangan!” teriakku
“lho! Kenapa? Kasian dong dia” jawab Norma
“jangan! Dia adalah anak zombie” kataku
“aduh, udah deh, dia manusia kok” jawab Norma
“jangan Norma, ini hanya umpan” kataku
“umpan apa?” tanya norma sambil menggendong Baron
“norma!” teriakku
“apa sih! Lihat ni, dia baik-baik aja kok” kata Norma sambil bercanda dengan baron
Baron tertawa melihat candaan norma, aku tidak berani mendekati mereka, aku takut, jika tiba-tiba Baron menyerangku, hari semakin larut, Norma dan Baron telah tertidur, aku tidak mau memejamkan mataku, karena aku harus tetap waspada, mataku sudah tak mampu, hingga akhirnya aku tertidur, hari sudah tampak terang, Baron memukul-mukul wajahku dan Norma sedang mencari makanan.
“hah! Waduh, Norma kemana ni? Masa aku di tinggal dengan anak zombie ini sih!” kataku kaget.
Baron hanya tertawa melihat ekspresiku sambil memainkan dedaunan yang ada di sekitarnya. Aku masih menjaga jarak dan memperhatikan gerak-geriknya, sampai Norma pulang, dan aku memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan, lagi-lagi, kami di kejar dengan para zombie, dan kali ini lebih banyak, kami terus berlari, aku agak kasihan melihat norma, sepertinya dia keberatan berlari sambil menggendong baron, lalu aku memutuskan untuk menggendong Baron. Kami terus berlari, hingga akhirnya, kami menemukan gunung yang bertuliskan RAHULANG, dan kami rasa, disanalah tempat Rahulang berada, tanpa berpikir panjang, kami langsung pergi ke gunung itu. Di sana, Rahulang dan para zombie telah mengetahui kedatangan kami, jadi, kami langsung di tangkap oleh para zombie dan di bawa ke hadapan Rahulang.
“hai kak Fahmi, apa kabar?” tanya rahulang
“kembalikan Farah!”teriakku
“nanti dulu kak, mendingan kakak istirahat dulu di sel itu, Norma, Baron tolong bawa dia” perintah Rahulang
Tiba-tiba tanganku di pegang oleh Norma dan leherku di cekik oleh Baron, wajah mereka langsung berubah menyeramkan, tak kusangka, ternyata Norma adalah salah satu dari mereka, Norma langsung menyeretku ke dalam sel, di dalam sel itu, juga ada Farah, aku terus memberontak. Selama 3 hari kami di biarkan di sana, 1 hari sebelum pertandingan di mulai adalah hari upacara PERSEMBAHAN TUMBAL. Malam itu adalah malam bulan purnama, Rahulang beserta pengikutnya telah menyiapkan semuanya, seperti sesajen, dan obor. Mereka mengeluarkan aku dan Farah dari sel, kami di suruh bersujud di hadapan Rahulang yang sedang membacakan mantra.
Mereka semua tampak serius, saat itulah kesempatanku menyerang mereka, perlahan tapi pasti aku mendekati tiang obor dengan segera kudorong tiang itu, hingga menjatuhkan tiang-tiang obor yang lain, tiang-tiang itu jatuh menimpa para pengikut Rahulang, aku dan Farah langsung melarikan diri, kami mulai melangkah kan langkah terakhir, ternyata belum selesai, dihadapan kami masih ada 5 zombie dan mereka menangkap kami serta meletakkanku di atas batu besar, yang di kenal dengan nama BATU TUMBAL. Aku terus memberontak, hingga seluruh tenaga ku sudah kukeluarkan, pada kata-kata mantra yang terakhir hampir selesai, tiba-tiba, ada seseorang yang melempar sebuah benda yang membuat Rahulang serta pengikutnya berlarian.
“pergilah Rahulang” teriak seseorang
Ternyata dia adalah lelaki yang pernah memberiku denah lokasi rahulang, aku bersyukur dia datang tepat pada waktunya dan dia mengeluarkan kami dari hutan itu, tapi, walaupun kami sudah keluar, sakit perutku masih tetap ada.
“kamu hanya butuh cinta sejati dan kenekadtan” kata lelaki itu
“maksud bapak?”tanyaku
“sudah lah, nanti kamu akan tahu sendiri” jawabnya
Walaupun aku tidak mengerti, yang jelas, aku sangat berterima kasih padanya. Baiklah, hari pertandingan telah tiba, aku tidak yakin, aku bisa memenangkan pertandingan ini, perutku masih sangat sakit, tapi, Farah selalu menyemangatiku, dia selalu memotivasiku, hingga aku berani maju.
Aku berdiri di garis start, perutku sudah membaik, aku melihat di sekelilingku, banyak teman-teman yang bersorak menyemangatiku, aku tidak boleh mengecewakan mereka, suara tembakan telah di bunyikan, aku berlari dengan percaya diri, aku terus berlari, 100 meter telah aku lalui, 200,300, ke-400 meter, tinggal 100 meter lagi, tiba-tiba perutku kambuh, rasanya sangat sakit.
“Arrrghh!!!! Perutku!!!! “teriakku sambil terus berlari
“ayo Fahmi, kamu pasti bisa” teriak Farah
Aku terus berlari dengan keringat dan air mata yang bercucuran.
“kamu pasti bisa Fahmi!” bicara dalam hati
Aku masih berlari kencang, hingga terdengar PRIIIT!!! Aku tidak menyangka, aku lah sang juara dalam pertandingan itu, semua teman-teman dan pelatih bangga padaku, nah, sejak itu lah, aku mulai merasa bahwa aku jatuh cinta pada Farah, dan kami memutuskan untuk menikah, dan sejak menemukan cinta sejatiku, sakit perutnya telah hilang.
Selama 2 jam aku bercerita pada teman-teman, mereka tercengang mendengar ceritaku.
“hmm,,, Fahmi, apakah zombie yang kamu maksud, seperti ini?’’ tanya Dimas
Lalu, wajah Dimas, Fauzi, dan Bryan berubah menyeramkan seperti zombie
“hallo Fahmi, kita bertemu lagi” kata mereka
“hah!!!” aku kaget
“hahaha!!! Aku belum mati Fahmi” teriak Rahulang
Aku langsung berlari keluar cafe dan pulang ke rumah, aku pun tak mengerti, apakah ini kenyataan atau hanya halusinasiku saja?

2 comments:

Takdir Menjerit Padaku ... Jiwaku masih terasa tak di sini, rasanya seperti ia terhuyung kesana kemari oleh angin sore. Aku merasa ke...

Baca Ini Dulu Biar sah!