Tuesday, July 1, 2014


SEBUAH BINTANG UNTUK SEORANG BINTANG
Dear diary, aku punya cerita, cerita ini menceritakan aku dan seorang teman yang luar biasa.
Namaku Lily, di sekolah aku dikenal sebagai cewek jutek, egois, dan malas, aku nggak peduli dengan semua itu, yang penting happy. Ohya sekarang aku duduk di bangku kelas X SMA Negeri 8 Bandung. Walaupun aku dikenal sebagai cewek jutek, aku tetap memiliki teman banyak, tapi, nggak semua orang bisa jadi temanku, aku Cuma mau berteman dengan orang-orang gaul, keren, dan kaya. Aku nggak mau berteman dengan orang kampungan dan miskin.
“wei bro! Lagi pada ngapain nih?” kataku mengagetkan teman-teman
“Lyli,,,, sini-sini, kita sarapan bareng” teriak teman
“ohya, ly, liat tu, itu kan cowok yang lu taksir, iya kaaan?” kata wiwit
“iya wit, aduh ganteng bangeeet” jawabku
Hari ini, hatiku sedang berbunga-bunga, aku baru saja melihat cowok yang aku taksir, cowok itu kakak kelasku dia kelas XI IPA 2, namanya kak Nino, dia adalah cowok yang paling keren di sekolah, bahkan Irfan Bachdim aja kalah ama kak Nino. Tapi di balik kesenangan itu, hari ini, aku juga apes, aku lupa kalau hari ini adalah hari kamis, dan hari ini ada pelajaran yang nggak aku suka, yaitu kimia! Ih, males banget kalau udah dengar kata Kimia! Tadi aku juga dihukum dengan guru kimiaku, aku nggak sengaja tertidur.
“baik, sekarang ibu mau Lyli membacakan teori halaman 20” kata bu guru
“Ly, Lyli bangun” bisik wiwit membangunkanku
“Lyli! Ya ampun!” kata bu guru melihatku tiba-tiba BRAAAKK!!! Sebuah buku yang sangat tebal sudah berada di depan wajahku
“heeemm,,, apaan sih! Ganggu orang lagi tidur aja.” Kataku sambil membuka mata
“enak ya! Bangun! Lancang sekali kamu ini, tidur di saat pelajaran ibu sedang berlangsung! Sekarang hukuman kamu, berdiri di tengah lapangan, sampai pelajaran ibu berakhir!”
“ah enggak ah bu! Kan udah siang, panas bu, entar kulit saya kebakar” jawabku
“ibu nggak mau tahu! Cepat keluar! Berdiri disana dan bilang “saya anak yang malas” kata ibu sambil memaksaku keluar kelas
Huff,,, apes-apes! Hari ini emang hari yang paling nyebelin yang pernah aku terima, aku harus dihukum berdiri di tengah lapangan siang bolong begini! Panas banget, aku nggak tahan, saat itu aku udah nggak ingat apa-apa lagi, yang aku ingat, saat aku membuka mata, aku sudah berada di UKS dan aku mendengar suara, yang sedang bertanya padaku.
“kamu udah sadar? Kamu tadi kenapa?” tanya seorang cewek
“kamu siapa?” tanyaku
“ohya, namaku Sandy, tadi kamu pingsan di tengah lapangan, jadi aku bawa kamu kesini, nama kamu siapa?” tanya Sandy
“aku Lyli” jawabku
Belum lama kami berbicara, wiwit datang, dan menanyakan keadaan ku. Sepulang sekolah, aku nggak di jemput dengan papa, karena papa sedang sibuk di kantor, jadi aku pulang jalan kaki, eh, di jalan ada mobil yang melintas di sampingku dan menyenggol lenganku, aduuuh,,, rasanya sakit banget, aku langsung berteriak kepada mobil tersebut, dan dari dalam mobil, keluar seseorang yang gagah dan tidak asing. Ternyata itu kak Nino, oh my god, kak Nino langsung menghampiriku dan bertanya keadaanku, kalau dia yang menyenggolku, aku rela deh, bahkan kalau dia yang nabrak aku, juga nggak apa-apa, aku rela. Ya ampun, saat melihat wajahnya dari dekat, hatiku jadi makin cenat-cenut.
Di rumah, aku lihat mama sedang arisan, ya, seperti biasa, namanya juga ibu-ibu kerjaannya nge-gosip aja. Sampai sekarang, aku kok masih kepikiran sama kak Nino ya? Kalau di lihat-lihat aku memang nggak salah, naksir sama dia, soalnya dia ganteng bangeeeet,,,, aku nggak sabar mau sekolah lagi, biar besok aku bisa lihat kak Nino lagi.
Hari ini aku gak sabar liat kak nino, sesampainya di sekolah, sandy cewek yang kemarin membawaku ke UKS, menyapaku
“ Halo lyli “ kata sandy menyapaku
“ Apa !!” jawab ku ketus
“ kamu kelas apa ?? ” tanya sendy
“ X F “ jawabku sambil meninggalkan nya
Aku heran kok dia berani menyapaku, dia gak tau apa ya aku ini siapa! Kayaknya cewek yang berpenampilan seperti orang kampung, dengan rambut yang diikat seperti tanduk sapi, dan gigi yang jongos, perlu di kasi tahu, aku ini siapa. Hemm,,, udah ah nggak usah mikirin dia.
“hem, Lyli.” Panggil kak Nino
“hah! Kak Nino, iya kak, ada apa?” jawabku
“gimana tangan kamu? Masih sakit?” tanya kak Nino
“oh, udah nggak apa-apa kok, Cuma memar aja. Tapi nggak apa-apa.” Jawabku
“maaf ya, kemarin supir kakak ngantuk, jadi dia nggak konsen”
“nggak apa-apa kok kak.”
“ya udah, kakak, ke kelas dulu ya.”
“iya.”
Ya ampuuuun,,, baru kali ini, aku ngobrol sama kak Nino, oh my god, rasanya mata aku nggak mau berpaling dari dia. Senangnya hatiku. Tidak lama kemudian, wiwit dan teman-teman ngagetin aku. Huff,,, dasar! Orang lagi seneng, malah dikagetin. Hari ini, aku pulang jalan kaki lagi, huff,,, capek. Sesampainya aku di rumah, aku melihat mama dan papa sedang bertengkar, ternyata mereka bertengkar hanya masalah kecil, hanya gara-gara kopi.
“ma, mama ini gimana sih! Papa baru pulang, buatin kopi dong!” kata papa, sambil duduk di sofa
“pa, mama capek, papa buat sendiri aja kopinya,” jawab mama mengeluh
“gimana sih! Tugas istri itu melayani suami, bukan menyuruh suami!” kata papa kesal
“mama capek, pa, sekali-sekali dong, papa yang buat sendiri kopinya.” Jawab mama
“kalau capek, papa jauh lebih capek ma! Udah lah, kalau nggak mau, papa ke warung kopi di depan aja! Payah! Punya istri nggak berguna!” kata papa sambil keluar rumah
Aku sedih banget, kalau lihat mereka selalu berantem gara-gara hal yang spele, padahal, masalah itu kan bisa di selesaikan dengan kepala dingin. Kadang-kadang, aku mencoba untuk menghentikan mereka. Tapi, aku malah di bilang masih kecil, adik ku serly juga sering menangis bila melihat mama dan papa bertengkar.
Hari ini, rasanya berbeda, padahal seharusnya aku selalu murung di hari ini. Ya, hari ini hari kamis, apa gara-gara ada kak Nino ya? Hahaha,,, aku memang bersemangat kalau sudah mengingat kak Nino. Di sekolah, aku di sapa lagi dengan kak Nino, oh my god, aku mimpi nggak ya? Aku semangat banget, sampai saat aku belajar kimia, rasanya masih semangat.
“ayo, siapa yang mau maju, menjawab soal di depan?” tanya bu guru
“saya bu!” jawabku sambil mengacungkan tangan
Semua teman-teman heran melihatku yang bersemangat di pelajaran ini hehehe,,,, nggak apa-apa donk. Semua soal di papan tulis, bisa aku jawab dengan cepat.
“hah! Tumben kamu semangat banget?” tanya wiwit
“nggak tahu, rasanya hari ini aku semangat banget.” Jawabku
Bel tanda istirahat pun berbunyi, aku berharap aku bisa ngobrol dengan kak Nino lagi, hihihi.
“lyliiii,,,, huff,,, lu tenang dulu ya. Tuh, lihat siapa yang jalan dengan kak Nino?” kata wiwit menghampiriku
Setelah aku melihat ke arah kak Nino, ternyata perempuan kampungan si Sandy CHEEKS! Berani-beraninya dia deketin kak Nino, nggak nyadar apa? Yang lebih pantes deketin kak Nino itu adalah aku! Bukan wanita kampungan yang jongos itu.!
“wah! Beraninya cewek itu, deketin pangeran aku!” kataku sambil mengepal kedua tanganku
“waduh,,, tenang dulu Ly.” Jawab wiwit
“gimana mau tenang! kamu kan tahu! Kak Nino itu pangeran aku, dan aku nggak pernah rela, cewek manapun deketin dia! Kayaknya perlu di kasi pelajaran tuh anak!” kataku geram
Sepulang sekolah, aku nggak sabar mau jotos, anak kampungan itu! Aku sengaja menunggunya di depan pagar sekolah!
“Sandy…” teriakku
“eh, Lyli, ada apa? Tumben?” jawabnya
“sini! Ikut aku.” Kataku sambil menyeretnya ke WC sekolah
“aduh, pelan-pelan donk, ada apa sih!”
“eh! Denger ya! Maksud kamu, deketin kak nino itu, supaya apa? Aku nggak suka ya, kamu dektin dia! Kamu tu, nggak pantes deketin dia! Yang pantes itu Cuma aku! Ngerti kamu! Awas ya! Kalau besok kamu masih deketin kak nino. Aku habisi kamu!” kataku sambil menjambak rambutnya dan pergi.
Lagi-lagi, di rumah, mama dan papa berantem, aku benar-benar nggak betah tinggal di rumah! Aku pengen kabur. Tapi aku nggak bisa, karena aku masih dibiayain mereka. Setiap hari, saat aku pulang sekolah, mama dan papa selalu berantem, kadang-kadang papa pulang pagi, hampir tiap hari papa selalu pulang pagi. Hingga pada suatu hari, aku tidak sengaja melihat papa sedang bermesraan dengan seorang cewek di café dekat sekolahku. Aku benar-benar shock! Aku rasa aku jadi stress! Hidupku jadi nggak karuan! keesokan harinya, aku melihat si Sandy cheeks! Masih deketin kak nino! Dasar! Pulang sekolah, aku ingin menghabisinya! Eh,,, tiba-tiba kak Nino dan wiwit menghampiriku di WC saat aku sedang mencekik leher Sandy.
“Lyli!!!! Apa-apaan kamu!” kata kak Niko berteriak padaku
“ya ampun ly.” Kata wiwit
“mau ngapain kalian kesini! Aku akan menghabisi cewek ini!” jawabku dengan mata dan wajah yang merah
“Lyli, lepaskan dia! Apa sebenarnya yang menjadi masalah disini?” Tanya kak nino sambil mencoba melepaskan tanganku dari leher sandy.
Aku pun melepas cekikannya dan berkata “kak! Aku nggak suka, kalau dia deketin kakak! Aku udah pernah ngasi dia peringatan, tapi dia masih aja deketin kakak!”
“ya ampun Lyli! Kamu nggak tahu! Sandy udah berjasa dengan kakak! Kalau bukan karena dia! Kakak nggak bakalan ada disini sekarang!” jawab kak nino
“maksud kakak?” tanyaku
“sandy udah memberikan satu ginjalnya untuk kakak! Ngerti kamu!” jawab kak Nino sambil membawa pergi sandy dan meninggalkan ku
“kak!!! Wiwit,,,” teriakku sambil menangis.
Hari ini,,, aku benar-benar stress! Aku nggak tahu harus ngapain dan kemana! Aku nggak mau pulang! Aku nggak mau liat mama dan papa berantem, aku terus menyusuri jalan, dan aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu. Saat aku membuka mata, aku melihat cewek yang wajahnya tak asing, ternyata itu sandy.
“aku dimana? Kamu ngapain disini?” Tanya ku
“kamu udah sadar Ly? Tadi kamu pingsan di tepi jalan, aku dan kak nino yang membawa kamu ke rumahku, ohya, kamu mau pulang sekarang?” kata sandy
“hah! Enggak! Pokoknya aku nggak mau pulang!” jawabku ketus
“lho! Memangnya kenapa?” tanyanya
“aku capek! Aku capek kalau harus liat mama dan papaku berantem! Aku mau pergi aja!”
“kamu mau pergi kemana?”
“kemana aja, asalkan aku nggak pulang kerumah!” jawabku
“tunggu! Kamu tinggal disini aja sama aku?”
Saat itu lah, aku tidak pulang lagi, kadang-kadang mama menyuruhku pulang, tapi aku nggak mau! Sekarang, aku sudah bisa memperbaiki hidupku menjadi lebih baik, ternyata, untuk memenuhi kebutuhannya, Sandy bekerja sebagai penjaga toko, saat itu, aku juga ikut kerja. Kami jadi sangat akrab, aku dan Sandy juga suka curhat-curhatan. Sandy sangat ingin menjadi atlet lari. Dan bulan depan, sandy akan ikut lomba lari tingkat kota, aku sangat mendukung keinginannya, aku dan dia menjadi teman baik, begitu juga dengan wiwit. Baru kali ini aku merasakan kerasnya hidup, dengan bekerja sendiri, mencuci sendiri, pokoknya sekarang serba sendiri. Kalau dulu, aku hanya bisa menyuruh pembantu, aku salut dengan sandy, dia tetap bersyukur walaupun hidupnya tidak mewah seperti aku. Berulang kali mama menyuruhku untuk pulang, tetapi aku tetap tidak mau. Mama juga biasanya ngirimin aku uang, ya,,, cukup lah untuk membayar les music ku.
Biasanya kalau aku latihan music, sandy menemaniku, dan kami pulang bersama, dalam perjalanan pulang, aku lihat sandy selalu memegang kepalanya. Aku rasa, dia sedang pusing, namun dia tidak pernah mengeluh, walaupun dia hidup dengan 1 ginjal, tapi semangatnya untuk hidup tetap membara. Kadang. Aku melarangnya untuk latihan lomba, namun, dia tidak pernah mau, dia selalu berusaha, agar mimpinya menjadi kenyataan, karena di saat ini lah, dia baru bisa ikut lomba, kalau dulu, dia tidak pernah diizinkan oleh orang tuanya, karena sakit tifus yang dideritanya. Aku juga selalu menemani dia latihan, kadang-kadang aku juga ikutan lari, ya, lariku tidak terlalu buruk lah,,, hehehe…
Minggu ini, aku ikut lomba karoke, sandy sangat bersemangat mendukungku, dia membuatkanku minuman yang dibuat dari kecap dan jeruk nipis, agar suaraku tetap terjaga, dia selalu menyemangatiku, terus dan terus, begitu juga denganku, aku selalu menyemangatinya dalam latihan lomba, hingga tiba saatnya, aku akan lomba karoke.
“aduh, guys!!! Aku deg-degan ni,,,” kataku
“udah, nggak apa-apa kok, kamu pasti bisa.” Jawab wiwit
“iya, kamu pasti bisa kok, suara kamu kan bagus” kata sandy
“san, kamu nggak apa-apa kan?” tanyaku
“iya, aku nggak apa-apa kok, kenapa?” jawabnya
“wajah kamu pucat banget” kata wiwit
“iya, kamu yakin? Kamu nggak apa-apa?” tanyaku
“iya, aku nggak apa-apa kok.” Jawabnya
Perlombaan pun berjalan sempurna, aku mendapat juara 2, aku sangat senang dan bangga…
“cie-cie,,, juara 2 tuh, makan-makan dong.” Kata wiwit
“hahaha,,, inikan karena dukungan kalian, ohya sandy mana?” tanyaku
“dia lagi di WC” jawab wiwit
Aku dan wiwit pun mencari sandy di WC, disana, kami melihat sandy sedang memakai lipstick, tumben-tumbenan dia pakai lipstick.
“sandy…”
“iya, eh, kamu Ly, gimana lombanya?”
“aku dapat juara 2, ohya kamu kok tumben-tumbenan pakai lipstick sampai tebel gini?”
“nggak apa-apa kok. Lagi pengen aja” jawab sandy
Saat kami bertiga ingin pulang, kak Nino, sedang menunggu di luar, ternyata dia berencana untuk mengajak kami jalan-jalan, di perjalanan, sandy selalu tertidur, hari sudah menjelang sore, kami pun sampai di rumah, di teras, sandy, seperti orang sakit, dia jalan sempoyongan.
“sandy, kamu baik-baik aja kan?” tanyaku
“iya, aku baik-baik aja, kenapa?” jawabnya
“wajah kamu pucat”
“hah! Nggak mungkin, liat ni bibir aku aja masih merah merona”
“ya ampun, itu kan karena lipstick, udah deh, jangan di sembunyiin, kamu sakit kan?” tanyaku
“enggak kok! Besok kan aku harus lomba, masak sih harus sakit.” Jawabnya mengelak
Besok adalah hari dimana sandy harus bertanding, namun, kondisinya tidak memungkinkan, dia tampak lemah, wajahnya pucat, tapi dia tidak mau aku memikirkan itu. Keesokan harinya, sandy tak dapat bangun dari tempat tidurnya.
“sandy, ayo bangun, katanya mau lomba” kataku
“iya,” jawabnya sambil mencoba untuk bangun.
“kamu nggak apa-apa kan?” tanyaku
“iya, aku nggak apa-apa.” Jawabnya lemah
Beberapa menit, saat dia beranjak dari tempat tidur, kak nino, datang kerumah.
“assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam” eh, kak nino, masuk kak”.
BRAKK!!! Suara dari dalam kamar, aku dan kak nino pun segera berlari menuju kamar, ternyata, sandy jatuh pingsan, dan kami langsung melarikannya ke rumah sakit terdekat, setelah     beberapa menit, sandy bangun, dan dia berusaha untuk tetap pergi ke perlombaan.
“aku mau ikut bertanding” katanya
“sandy, kamu nggak bisa, kamu sedang sakit” jawabku
“aku nggak mau tahu! Aku mau ikut, itu cita-citaku” katanya sambil menangis
Aku pun ikut menangis, tapi kami tidak bisa membiarkannya ikut dalam pertandingan, suster pun memberinya obat bius, agar dia bisa tenang, saat sandy tidur, aku mencium keningnya, aku pun berfikir, bahwa aku harus membalas budinya selama ini, jadi aku putuskan untuk pergi ke pertandingan, untuk menggantikan posisi sandy. Pertandingan pun dimulai, kak Nino hadir untuk melihatku, sedangkan sandy di rumah sakit bersama wiwit. Aku berusaha keras, berlari sepanjang 50 meter, aku terus berlari, dan berusaha menempati posisi pertama, aku terus terbayang-bayang dengan sandy, tanpa disadari, air mataku jatuh membasahi pipiku bersamaan dengan keringat. Aku terus berjuang, dan akhirnya, aku berhasil menempati posisi pertama, aku menangis bahagia, kak Nino pun bangga melihatku, dan kami segera pergi ke rumah sakit, untuk memperlihatkan piala kepada Sandy. Sesampainya disana, sandy sedang di tangani oleh dokter, kami semua menunggu di luar dengan senang hati, lalu dokter mengizinkan kami untuk masuk.
“sandy,,, lihat ini,,, aku punya piala buat kamu.” Kataku
“iya, sandy, tadi Lyli sangat bersemangat lho larinya.” Kata kak Nino
“guys” panggil wiwit sambil menangis. Tapi kami tidak memperdulikan wiwit.
“sandy, ayo buka mata kamu, lihat ini, ini buat kamu san” aku memaksa sandy untuk membuka matanya
“Lyli,” wiwit memanggilku
“sandy, ayo buka matamu,”
Aku menoleh kebelakang, kak Nino dan wiwit sedang menangis.
“kalian ini kenapa? Aku kan jadi pemenang, kenapa kalian malah nangis?” tanyaku
“Ly,,, tolong jangan lakukan itu lagi, biarkan sandy istirahat” jawab wiwit
“apa maksudmu, aku ingin memperlihatkan piala ini pada sandy” bentakku
Aku mulai menatap wajah sandy yang tersenyum padaku, matanya masih tertutup rapat.
“lihat, dia tersenyum padaku, dia pasti sedang berpura-pura tidur. Hahaha ayo sandy, buka matamu dan lihat piala ini.”
“Lyli, cukup! Sandy sudah tiada! Dia tidak akan pernah membuka matanya lagi,” kata kak Nino sambil menangis tersedu-sedu
“nggak mungkin! Kalian pasti bohong!” jawabku
Aku menatap lagi wajah sandy, wajahnya sangat pucat, dan matanya masih tertutup rapat. Dan baru ku sadari, matanya tak akan pernah terbuka lagi, dia tidak akan pernah membuka matanya. Aku menangis dan memeluk tubuh sandy yang sudah tak bernyawa itu, aku terus menangis dengan piala yang masih ada di genggamanku yang seharusnya sudah berada di genggaman sandy.  

No comments:

Post a Comment

Takdir Menjerit Padaku ... Jiwaku masih terasa tak di sini, rasanya seperti ia terhuyung kesana kemari oleh angin sore. Aku merasa ke...

Baca Ini Dulu Biar sah!