SEBUAH
BINTANG UNTUK SEORANG BINTANG
Dear diary, aku punya cerita,
cerita ini menceritakan aku dan seorang teman yang luar biasa.
Namaku Lily, di sekolah aku
dikenal sebagai cewek jutek, egois, dan malas, aku nggak peduli dengan semua
itu, yang penting happy. Ohya sekarang aku duduk di bangku kelas X SMA Negeri 8
Bandung. Walaupun aku dikenal sebagai cewek jutek, aku tetap memiliki teman
banyak, tapi, nggak semua orang bisa jadi temanku, aku Cuma mau berteman dengan
orang-orang gaul, keren, dan kaya. Aku nggak mau berteman dengan orang
kampungan dan miskin.
“wei bro! Lagi pada ngapain nih?”
kataku mengagetkan teman-teman
“Lyli,,,, sini-sini, kita sarapan
bareng” teriak teman
“ohya, ly, liat tu, itu kan cowok
yang lu taksir, iya kaaan?” kata wiwit
“iya wit, aduh ganteng bangeeet”
jawabku
Hari ini, hatiku sedang
berbunga-bunga, aku baru saja melihat cowok yang aku taksir, cowok itu kakak
kelasku dia kelas XI IPA 2, namanya kak Nino, dia adalah cowok yang paling
keren di sekolah, bahkan Irfan Bachdim aja kalah ama kak Nino. Tapi di balik
kesenangan itu, hari ini, aku juga apes, aku lupa kalau hari ini adalah hari
kamis, dan hari ini ada pelajaran yang nggak aku suka, yaitu kimia! Ih, males
banget kalau udah dengar kata Kimia! Tadi aku juga dihukum dengan guru kimiaku,
aku nggak sengaja tertidur.
“baik, sekarang ibu mau Lyli
membacakan teori halaman 20” kata bu guru
“Ly, Lyli bangun” bisik wiwit
membangunkanku
“Lyli! Ya ampun!” kata bu guru
melihatku tiba-tiba BRAAAKK!!! Sebuah buku yang sangat tebal sudah berada di
depan wajahku
“heeemm,,, apaan sih! Ganggu orang
lagi tidur aja.” Kataku sambil membuka mata
“enak ya! Bangun! Lancang sekali
kamu ini, tidur di saat pelajaran ibu sedang berlangsung! Sekarang hukuman
kamu, berdiri di tengah lapangan, sampai pelajaran ibu berakhir!”
“ah enggak ah bu! Kan udah siang,
panas bu, entar kulit saya kebakar” jawabku
“ibu nggak mau tahu! Cepat keluar!
Berdiri disana dan bilang “saya anak yang malas” kata ibu sambil memaksaku
keluar kelas
Huff,,, apes-apes! Hari ini emang
hari yang paling nyebelin yang pernah aku terima, aku harus dihukum berdiri di
tengah lapangan siang bolong begini! Panas banget, aku nggak tahan, saat itu
aku udah nggak ingat apa-apa lagi, yang aku ingat, saat aku membuka mata, aku
sudah berada di UKS dan aku mendengar suara, yang sedang bertanya padaku.
“kamu udah sadar? Kamu tadi
kenapa?” tanya seorang cewek
“kamu siapa?” tanyaku
“ohya, namaku Sandy, tadi kamu
pingsan di tengah lapangan, jadi aku bawa kamu kesini, nama kamu siapa?” tanya
Sandy
“aku Lyli” jawabku
Belum lama kami berbicara, wiwit
datang, dan menanyakan keadaan ku. Sepulang sekolah, aku nggak di jemput dengan
papa, karena papa sedang sibuk di kantor, jadi aku pulang jalan kaki, eh, di
jalan ada mobil yang melintas di sampingku dan menyenggol lenganku, aduuuh,,,
rasanya sakit banget, aku langsung berteriak kepada mobil tersebut, dan dari
dalam mobil, keluar seseorang yang gagah dan tidak asing. Ternyata itu kak
Nino, oh my god, kak Nino langsung menghampiriku dan bertanya keadaanku, kalau
dia yang menyenggolku, aku rela deh, bahkan kalau dia yang nabrak aku, juga
nggak apa-apa, aku rela. Ya ampun, saat melihat wajahnya dari dekat, hatiku
jadi makin cenat-cenut.
Di rumah, aku lihat mama sedang
arisan, ya, seperti biasa, namanya juga ibu-ibu kerjaannya nge-gosip aja.
Sampai sekarang, aku kok masih kepikiran sama kak Nino ya? Kalau di lihat-lihat
aku memang nggak salah, naksir sama dia, soalnya dia ganteng
bangeeeet,,,, aku nggak sabar mau sekolah lagi, biar besok aku bisa lihat kak
Nino lagi.
Hari ini aku gak sabar liat kak nino,
sesampainya di sekolah, sandy cewek yang kemarin membawaku ke UKS,
menyapaku
“ Halo lyli “ kata sandy
menyapaku
“ Apa !!” jawab ku ketus
“ kamu kelas apa ?? ” tanya sendy
“ X F “ jawabku sambil meninggalkan
nya
Aku heran kok dia berani menyapaku,
dia gak tau apa ya aku ini siapa! Kayaknya cewek yang berpenampilan seperti
orang kampung, dengan rambut yang diikat seperti tanduk sapi, dan gigi yang
jongos, perlu di kasi tahu, aku ini siapa. Hemm,,, udah ah nggak usah mikirin
dia.
“hem, Lyli.” Panggil kak Nino
“hah! Kak Nino, iya kak, ada apa?”
jawabku
“gimana tangan kamu? Masih sakit?”
tanya kak Nino
“oh, udah nggak apa-apa kok, Cuma
memar aja. Tapi nggak apa-apa.” Jawabku
“maaf ya, kemarin supir kakak
ngantuk, jadi dia nggak konsen”
“nggak apa-apa kok kak.”
“ya udah, kakak, ke kelas dulu
ya.”
“iya.”
Ya ampuuuun,,, baru kali ini, aku
ngobrol sama kak Nino, oh my god, rasanya mata aku nggak mau berpaling dari
dia. Senangnya hatiku. Tidak lama kemudian, wiwit dan teman-teman ngagetin aku.
Huff,,, dasar! Orang lagi seneng, malah dikagetin. Hari ini, aku pulang jalan
kaki lagi, huff,,, capek. Sesampainya aku di rumah, aku melihat mama dan papa
sedang bertengkar, ternyata mereka bertengkar hanya masalah kecil, hanya
gara-gara kopi.
“ma, mama ini gimana sih! Papa
baru pulang, buatin kopi dong!” kata papa, sambil duduk di sofa
“pa, mama capek, papa buat sendiri
aja kopinya,” jawab mama mengeluh
“gimana sih! Tugas istri itu melayani
suami, bukan menyuruh suami!” kata papa kesal
“mama capek, pa, sekali-sekali
dong, papa yang buat sendiri kopinya.” Jawab mama
“kalau capek, papa jauh lebih
capek ma! Udah lah, kalau nggak mau, papa ke warung kopi di depan aja! Payah!
Punya istri nggak berguna!” kata papa sambil keluar rumah
Aku sedih banget, kalau lihat
mereka selalu berantem gara-gara hal yang spele, padahal, masalah itu kan bisa
di selesaikan dengan kepala dingin. Kadang-kadang, aku mencoba untuk
menghentikan mereka. Tapi, aku malah di bilang masih kecil, adik ku serly juga
sering menangis bila melihat mama dan papa bertengkar.
Hari ini, rasanya berbeda, padahal
seharusnya aku selalu murung di hari ini. Ya, hari ini hari kamis, apa
gara-gara ada kak Nino ya? Hahaha,,, aku memang bersemangat kalau sudah
mengingat kak Nino. Di sekolah, aku di sapa lagi dengan kak Nino, oh my god,
aku mimpi nggak ya? Aku semangat banget, sampai saat aku belajar kimia, rasanya
masih semangat.
“ayo, siapa yang mau maju,
menjawab soal di depan?” tanya bu guru
“saya bu!” jawabku sambil
mengacungkan tangan
Semua teman-teman heran melihatku
yang bersemangat di pelajaran ini hehehe,,,, nggak apa-apa donk. Semua soal di
papan tulis, bisa aku jawab dengan cepat.
“hah! Tumben kamu semangat
banget?” tanya wiwit
“nggak tahu, rasanya hari ini aku
semangat banget.” Jawabku
Bel tanda istirahat pun berbunyi,
aku berharap aku bisa ngobrol dengan kak Nino lagi, hihihi.
“lyliiii,,,, huff,,, lu tenang
dulu ya. Tuh, lihat siapa yang jalan dengan kak Nino?” kata wiwit menghampiriku
Setelah aku melihat ke arah kak
Nino, ternyata perempuan kampungan si Sandy CHEEKS! Berani-beraninya dia
deketin kak Nino, nggak nyadar apa? Yang lebih pantes deketin kak Nino itu
adalah aku! Bukan wanita kampungan yang jongos itu.!
“wah! Beraninya cewek itu, deketin
pangeran aku!” kataku sambil mengepal kedua tanganku
“waduh,,, tenang
dulu Ly.” Jawab wiwit
“gimana mau
tenang! kamu kan tahu! Kak Nino itu pangeran aku, dan aku nggak pernah rela,
cewek manapun deketin dia! Kayaknya perlu di kasi pelajaran tuh anak!” kataku
geram
Sepulang sekolah,
aku nggak sabar mau jotos, anak kampungan itu! Aku sengaja menunggunya di depan
pagar sekolah!
“Sandy…” teriakku
“eh, Lyli, ada
apa? Tumben?” jawabnya
“sini! Ikut aku.”
Kataku sambil menyeretnya ke WC sekolah
“aduh,
pelan-pelan donk, ada apa sih!”
“eh! Denger ya!
Maksud kamu, deketin kak nino itu, supaya apa? Aku nggak suka ya, kamu dektin
dia! Kamu tu, nggak pantes deketin dia! Yang pantes itu Cuma aku! Ngerti kamu!
Awas ya! Kalau besok kamu masih deketin kak nino. Aku habisi kamu!” kataku
sambil menjambak rambutnya dan pergi.
Lagi-lagi, di
rumah, mama dan papa berantem, aku benar-benar nggak betah tinggal di rumah!
Aku pengen kabur. Tapi aku nggak bisa, karena aku masih dibiayain mereka.
Setiap hari, saat aku pulang sekolah, mama dan papa selalu berantem,
kadang-kadang papa pulang pagi, hampir tiap hari papa selalu pulang pagi.
Hingga pada suatu hari, aku tidak sengaja melihat papa sedang bermesraan dengan
seorang cewek di café dekat sekolahku. Aku benar-benar shock! Aku rasa aku jadi
stress! Hidupku jadi nggak karuan! keesokan harinya, aku melihat si Sandy
cheeks! Masih deketin kak nino! Dasar! Pulang sekolah, aku ingin menghabisinya!
Eh,,, tiba-tiba kak Nino dan wiwit menghampiriku di WC saat aku sedang mencekik
leher Sandy.
“Lyli!!!!
Apa-apaan kamu!” kata kak Niko berteriak padaku
“ya ampun ly.”
Kata wiwit
“mau ngapain
kalian kesini! Aku akan menghabisi cewek ini!” jawabku dengan mata dan wajah
yang merah
“Lyli, lepaskan
dia! Apa sebenarnya yang menjadi masalah disini?” Tanya kak nino sambil mencoba
melepaskan tanganku dari leher sandy.
Aku pun melepas
cekikannya dan berkata “kak! Aku nggak suka, kalau dia deketin kakak! Aku udah
pernah ngasi dia peringatan, tapi dia masih aja deketin kakak!”
“ya ampun Lyli!
Kamu nggak tahu! Sandy udah berjasa dengan kakak! Kalau bukan karena dia! Kakak
nggak bakalan ada disini sekarang!” jawab kak nino
“maksud kakak?”
tanyaku
“sandy udah
memberikan satu ginjalnya untuk kakak! Ngerti kamu!” jawab kak Nino sambil
membawa pergi sandy dan meninggalkan ku
“kak!!! Wiwit,,,”
teriakku sambil menangis.
Hari ini,,, aku
benar-benar stress! Aku nggak tahu harus ngapain dan kemana! Aku nggak mau
pulang! Aku nggak mau liat mama dan papa berantem, aku terus menyusuri jalan,
dan aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu. Saat aku membuka mata, aku
melihat cewek yang wajahnya tak asing, ternyata itu sandy.
“aku dimana? Kamu
ngapain disini?” Tanya ku
“kamu udah sadar
Ly? Tadi kamu pingsan di tepi jalan, aku dan kak nino yang membawa kamu ke
rumahku, ohya, kamu mau pulang sekarang?” kata sandy
“hah! Enggak!
Pokoknya aku nggak mau pulang!” jawabku ketus
“lho! Memangnya
kenapa?” tanyanya
“aku capek! Aku
capek kalau harus liat mama dan papaku berantem! Aku mau pergi aja!”
“kamu mau pergi
kemana?”
“kemana aja,
asalkan aku nggak pulang kerumah!” jawabku
“tunggu! Kamu
tinggal disini aja sama aku?”
Saat itu lah, aku
tidak pulang lagi, kadang-kadang mama menyuruhku pulang, tapi aku nggak mau!
Sekarang, aku sudah bisa memperbaiki hidupku menjadi lebih baik, ternyata,
untuk memenuhi kebutuhannya, Sandy bekerja sebagai penjaga toko, saat itu, aku
juga ikut kerja. Kami jadi sangat akrab, aku dan Sandy juga suka
curhat-curhatan. Sandy sangat ingin menjadi atlet lari. Dan bulan depan, sandy akan
ikut lomba lari tingkat kota, aku sangat mendukung keinginannya, aku dan dia
menjadi teman baik, begitu juga dengan wiwit. Baru kali ini aku merasakan
kerasnya hidup, dengan bekerja sendiri, mencuci sendiri, pokoknya sekarang
serba sendiri. Kalau dulu, aku hanya bisa menyuruh pembantu, aku salut dengan
sandy, dia tetap bersyukur walaupun hidupnya tidak mewah seperti aku. Berulang
kali mama menyuruhku untuk pulang, tetapi aku tetap tidak mau. Mama juga
biasanya ngirimin aku uang, ya,,, cukup lah untuk membayar les music ku.
Biasanya kalau
aku latihan music, sandy menemaniku, dan kami pulang bersama, dalam perjalanan
pulang, aku lihat sandy selalu memegang kepalanya. Aku rasa, dia sedang pusing,
namun dia tidak pernah mengeluh, walaupun dia hidup dengan 1 ginjal, tapi
semangatnya untuk hidup tetap membara. Kadang. Aku melarangnya untuk latihan
lomba, namun, dia tidak pernah mau, dia selalu berusaha, agar mimpinya menjadi
kenyataan, karena di saat ini lah, dia baru bisa ikut lomba, kalau dulu, dia
tidak pernah diizinkan oleh orang tuanya, karena sakit tifus yang dideritanya.
Aku juga selalu menemani dia latihan, kadang-kadang aku juga ikutan lari, ya,
lariku tidak terlalu buruk lah,,, hehehe…
Minggu ini, aku
ikut lomba karoke, sandy sangat bersemangat mendukungku, dia membuatkanku
minuman yang dibuat dari kecap dan jeruk nipis, agar suaraku tetap terjaga, dia
selalu menyemangatiku, terus dan terus, begitu juga denganku, aku selalu
menyemangatinya dalam latihan lomba, hingga tiba saatnya, aku akan lomba karoke.
“aduh, guys!!!
Aku deg-degan ni,,,” kataku
“udah, nggak
apa-apa kok, kamu pasti bisa.” Jawab wiwit
“iya, kamu pasti
bisa kok, suara kamu kan bagus” kata sandy
“san, kamu nggak
apa-apa kan?” tanyaku
“iya, aku nggak
apa-apa kok, kenapa?” jawabnya
“wajah kamu pucat
banget” kata wiwit
“iya, kamu yakin?
Kamu nggak apa-apa?” tanyaku
“iya, aku nggak
apa-apa kok.” Jawabnya
Perlombaan pun
berjalan sempurna, aku mendapat juara 2, aku sangat senang dan bangga…
“cie-cie,,, juara
2 tuh, makan-makan dong.” Kata wiwit
“hahaha,,, inikan
karena dukungan kalian, ohya sandy mana?” tanyaku
“dia lagi di WC”
jawab wiwit
Aku dan wiwit pun
mencari sandy di WC, disana, kami melihat sandy sedang memakai lipstick,
tumben-tumbenan dia pakai lipstick.
“sandy…”
“iya, eh, kamu
Ly, gimana lombanya?”
“aku dapat juara
2, ohya kamu kok tumben-tumbenan pakai lipstick sampai tebel gini?”
“nggak apa-apa
kok. Lagi pengen aja” jawab sandy
Saat kami bertiga
ingin pulang, kak Nino, sedang menunggu di luar, ternyata dia berencana untuk
mengajak kami jalan-jalan, di perjalanan, sandy selalu tertidur, hari sudah
menjelang sore, kami pun sampai di rumah, di teras, sandy, seperti orang sakit,
dia jalan sempoyongan.
“sandy, kamu
baik-baik aja kan?” tanyaku
“iya, aku
baik-baik aja, kenapa?” jawabnya
“wajah kamu
pucat”
“hah! Nggak
mungkin, liat ni bibir aku aja masih merah merona”
“ya ampun, itu
kan karena lipstick, udah deh, jangan di sembunyiin, kamu sakit kan?” tanyaku
“enggak kok!
Besok kan aku harus lomba, masak sih harus sakit.” Jawabnya mengelak
Besok adalah hari
dimana sandy harus bertanding, namun, kondisinya tidak memungkinkan, dia tampak
lemah, wajahnya pucat, tapi dia tidak mau aku memikirkan itu. Keesokan harinya,
sandy tak dapat bangun dari tempat tidurnya.
“sandy, ayo
bangun, katanya mau lomba” kataku
“iya,” jawabnya
sambil mencoba untuk bangun.
“kamu nggak
apa-apa kan?” tanyaku
“iya, aku nggak
apa-apa.” Jawabnya lemah
Beberapa menit,
saat dia beranjak dari tempat tidur, kak nino, datang kerumah.
“assalamualaikum”
“wa’alaikumsalam”
eh, kak nino, masuk kak”.
BRAKK!!! Suara
dari dalam kamar, aku dan kak nino pun segera berlari menuju kamar, ternyata,
sandy jatuh pingsan, dan kami langsung melarikannya ke rumah sakit terdekat,
setelah beberapa menit, sandy bangun,
dan dia berusaha untuk tetap pergi ke perlombaan.
“aku mau ikut
bertanding” katanya
“sandy, kamu
nggak bisa, kamu sedang sakit” jawabku
“aku nggak mau
tahu! Aku mau ikut, itu cita-citaku” katanya sambil menangis
Aku pun ikut
menangis, tapi kami tidak bisa membiarkannya ikut dalam pertandingan, suster
pun memberinya obat bius, agar dia bisa tenang, saat sandy tidur, aku mencium
keningnya, aku pun berfikir, bahwa aku harus membalas budinya selama ini, jadi
aku putuskan untuk pergi ke pertandingan, untuk menggantikan posisi sandy. Pertandingan
pun dimulai, kak Nino hadir untuk melihatku, sedangkan sandy di rumah sakit
bersama wiwit. Aku berusaha keras, berlari sepanjang 50 meter, aku terus
berlari, dan berusaha menempati posisi pertama, aku terus terbayang-bayang
dengan sandy, tanpa disadari, air mataku jatuh membasahi pipiku bersamaan
dengan keringat. Aku terus berjuang, dan akhirnya, aku berhasil menempati
posisi pertama, aku menangis bahagia, kak Nino pun bangga melihatku, dan kami
segera pergi ke rumah sakit, untuk memperlihatkan piala kepada Sandy.
Sesampainya disana, sandy sedang di tangani oleh dokter, kami semua menunggu di
luar dengan senang hati, lalu dokter mengizinkan kami untuk masuk.
“sandy,,, lihat
ini,,, aku punya piala buat kamu.” Kataku
“iya, sandy, tadi
Lyli sangat bersemangat lho larinya.” Kata kak Nino
“guys” panggil
wiwit sambil menangis. Tapi kami tidak memperdulikan wiwit.
“sandy, ayo buka
mata kamu, lihat ini, ini buat kamu san” aku memaksa sandy untuk membuka matanya
“Lyli,” wiwit
memanggilku
“sandy, ayo buka matamu,”
Aku menoleh
kebelakang, kak Nino dan wiwit sedang menangis.
“kalian ini
kenapa? Aku kan jadi pemenang, kenapa kalian malah nangis?” tanyaku
“Ly,,, tolong
jangan lakukan itu lagi, biarkan sandy istirahat” jawab wiwit
“apa maksudmu,
aku ingin memperlihatkan piala ini pada sandy” bentakku
Aku mulai menatap
wajah sandy yang tersenyum padaku, matanya masih tertutup rapat.
“lihat, dia
tersenyum padaku, dia pasti sedang berpura-pura tidur. Hahaha ayo sandy, buka
matamu dan lihat piala ini.”
“Lyli, cukup! Sandy
sudah tiada! Dia tidak akan pernah membuka matanya lagi,” kata kak Nino sambil
menangis tersedu-sedu
“nggak mungkin!
Kalian pasti bohong!” jawabku
Aku menatap lagi
wajah sandy, wajahnya sangat pucat, dan matanya masih tertutup rapat. Dan baru
ku sadari, matanya tak akan pernah terbuka lagi, dia tidak akan pernah membuka
matanya. Aku menangis dan memeluk tubuh sandy yang sudah tak bernyawa itu, aku
terus menangis dengan piala yang masih ada di genggamanku yang seharusnya sudah
berada di genggaman sandy.
No comments:
Post a Comment