| KISAHKU |
Tok, tok….
“assalamualaikum bu, daril pulang” teriak Daril. Daril Gunawan adalah anak pertamaku, dia sekolah di SDN 1
Sungai Raya, dia baru menginjak bangku kelas 3 SD, umurnya 8 tahun, dan adik
perempuannya Lidya Daril Azzahra baru berusia 5 tahun, mereka anak yang aktif
dan sehat, aku senang bisa memiliki anak seperti mereka. Ohya, hampir lupa,
namaku Anggraina, biasanya teman-teman memanggilku Ina. Aku bekerja sebagai
dosen bahasa inggris di Universitas Tanjungpura, sedangkan suamiku bekerja
sebagai guru penjaskes di SMPN 1 Sungai Raya, dan pelatih taekwondo di SMAN 1
Pontianak, namanya Imam Darilmaji.
(Pukul menunjukkan 12:00
siang, Daril baru pulang sekolah)
“bu,” teriak Daril
“iya, oh, anak ibu
sudah pulang. Bagaimana sekolahnya tadi?” jawabku
“ biasa saja” kata
Daril dengan raut wajah yang cemberut
“lho, kok anak ibu
cemberut sih, ada apa?” tanyaku
“tadi, aku berantem
dengan kevin.” Jawabnya
“berantem? Kok bisa?
Masalahnya apa?” kataku sambil mengantarnya ke kamar
“daril kesal dengannya
bu,” jawabnya
“kesal kenapa?” Tanyaku
sambil menyiapkan pakaiannya
“dia merebut….”
Jawabnya dengan wajah yang terlihat takut
“merebut apa?
Jangan-jangan Kamu…” kataku sambil memandanginya
“maaf bu, ibu jangan
marah ya, daril sudah punya…. Pacar, ibu jangan marah ya bu.” Jawabnya sambil
memohon
Aku tidak menjawab
pertanyaannya, aku langsung keluar kamar, aku hanya heran dengan anak zaman
sekarang, dengan umur yang masih muda, mereka sudah mengerti soal cinta.
“Daril…. Ayo makan
siang” panggilku dari ruang makan
“iya bu” jawabnya
Kami pun makan siang
bersama. Setelah makan siang, Daril
meminta maaf padaku.
“bu, maaf ya, daril
tahu ibu tidak suka bila daril punya pacar” katanya
“lalu, bila ibu tidak
suka, kenapa kamu masih melakukan hal tersebut?” Tanyaku
“maaf bu,” jawabnya
“dengar ya, kamu dan
Kevin sudah berteman lama, dan sekarang, kalian harus berantem gara-gara
seorang wanita? Kalian itu masih kecil, kalian belum pantas berpacaran!
Mengerti! Ibu tidak pernah suka dengan orang yang rela mengorbankan temannya
demi seorang pacar! Mendapatkan pacar sangatlah mudah, tapi kalau sahabat,
tidak semudah membalikkan telapak tangan!” kataku sambil mengemaskan
piring-piring.
“maaf bu,” jawabnya.
“baiklah, dengar, ibu
akan ceritakan sebuah cerita yang harus kamu ketahui” kataku sambil membawanya
duduk di sofa ruang tamu.
Kami duduk di sofa yang
besar dan nyaman, daril duduk sangat dekat denganku, dan siap mendengarkan
cerita dariku, aku pun mulai bercerita.
28 tahun yang lalu,
saat ibu duduk di bangku kelas 1 SD, ibu mengenal seorang wanita bernama Eka,
awalnya kami tidak terlalu dekat, kami hanya berteman biasa, dia tinggal di
gang depan rumah ibu. Dia anak yang rajin, pintar, dan berani. Di sekolah, dia selalu
mendapat peringkat 3 besar, banyak teman-teman yang merasa iri dengannya,
termasuk ibu. Ibu dan dia jadi suka bermain bersama sejak dia mulai mendekati
ibu, sejak itu lah, kami memutuskan menjadi teman baik. Tapi tidak hanya kami
berdua, ada beberapa teman yaitu: mida, titin, arul dan dek eka. Kalau titin
dan dek eka adalah teman ibu dari kecil, mereka sudah seperti keluarga, dek eka
itu adalah teman yang paling kecil, makanya kami memanggil dia dengan nama dek
eka. Dia juga tidak pernah akur kalau bermain dengan titin, itu lah anak-anak
ada saja yang mereka perebutkan. Nah, kalau arul adalah teman yang paling
ganteng di antara kami, hahaha,,, ya, dia itu laki-laki.
Kami semua menjadi
teman baik. Saat kelas 3 SD, kami memutuskan untuk mendaftar TPA, ibu dan eka
pergi bersama menggunakan sepeda mini milik nenek. Saat itu, eka menggonceng
ibu, karena badan ibu yang gemuk membuat eka kesusahan mengendarai sepeda, dan
mengakibatkan dirinya kehilangan keseimbangan dan kami jatuh bersama di atas
pasir. Tapi, ibu tidak marah, kami malah tertawa bersama, hahaha… itu adalah
hal yang paling sulit ibu lupakan, ibu tidak terlalu ingat banyak tentang kami,
yang jelas, kami selalu bersama dalam suka dan duka. Ohya, eka itu adalah anak
dari keluarga yang kurang mampu, dia diajarkan untuk selalu disiplin, dan di
tekankan untuk selalu belajar, wajar saja peringkat 3 besar selalu di
tangannya, tapi biarpun begitu, dia juga merupakan anak yang suka berpetualang,
biasanya dia mengajak ibu untuk bermain di tempat yang jauh dari rumah, tapi
nenek tidak mengizinkan ibu, ya, karena ibu adalah anak rumahan, ibu juga
sering menangis bila tidak diizinkan bermain bersama teman-teman.
Biasanya juga
teman-teman bermain di rumah ibu, kami bermain petak umpet, lari-larian, berdansa
dengan diiringi music dari radio, hingga kami kelelahan dan tidur bersama di
ruang TV. Kalau mereka pamit pulang, pasti ibu menangis, ya, karena ibu merasa
sangat kesepian kalau tidak ada mereka, kalau sudah begitu, mereka juga berat
meninggalkan ibu. Setelah mereka pulang, ibu menunggu hari agar cepat sore,
kalau sudah sore, ibu cepat-cepat mandi dan bersiap untuk pergi sholat maghrib
di mushola, nah. Di mushola, ibu bermain lagi bersama teman-teman. Hingga kelas
4 SD, ibu mulai menyukai seorang laki-laki, tapi ibu belum mengerti soal cinta,
lalu, ibu curhat dengan eka soal perasaan ini, eka hanya mentertawakaan ibu,
beberapa hari kemudian, laki-laki yang ibu suka, mengetahui hal ini, dan hampir
1 kelas mengetahui hal ini. Dia merasa malu mengetahui bahwa wanita yang
menyukainya adalah ibu, sejak mengetahui hal itu, dia tidak pernah menegur ibu
lagi, mungkin, baginya, itu benar-benar hal yang memalukan untuk dia. Walaupun
begitu, ibu masih saja merasa suka saat bertemu laki-laki itu, tak lama setelah
masalah itu berlalu, ibu mengetahui bahwa eka juga menyukai laki-laki yang sama,
tapi, laki-laki itu tidak tahu.
Sebenarnya ibu masih
sangat susah untuk melupakan laki-laki itu, tapi, ibu berusaha untuk
mengikhlaskannya demi sahabat ibu. Saat mereka bermain bersama, ibu merasa iri,
rasa iri itu ibu sembunyikan, ibu tetap berteman baik dengan eka, kami terus
bermain seperti sedia kala dan semua berlangsung sangat menyenangkan, hingga pada
saat kami lulus SD, ibu dan teman-teman berpisah saat SMP, eka di SMPN 3 Sungai
Raya, mida di MTs Al-mustaqim, ibu di SMPN 1 Sungai Raya, sedangkan yang lain
masih duduk di bangku kelas 6. Sejak itu lah, kami jadi jarang main bersama,
kami sibuk dengan kegiatan masing-masing, di SMP lah, eka pindah rumah, namun
rumahnya tidak terlalu jauh, jadi biasanya kalau ada waktu, ibu bermain ke
rumahnya menggunakan sepeda, di sana kami berbincang-bincang.
“na, apa kabar?” Tanya
eka
“baik, kamu?” jawab ibu
“aku juga baik, ohya,
ngomong-ngomong udah punya pacar belum?” tanyanya
“belum lah, kok nanya
itu sih? Dulu kan kamu nggak pernah ngmongin pacar-pacar segala” jawab ibu
Pokoknya, semenjak SMP,
eka jadi berubah, dia jadi suka bicara soal pacar, ibu sangat tidak suka kalau
sudah berbicara soal percintaan, karena ibu tidak mengerti soal percintaan.
Kadang-kadang dia juga minta saran untuk hubungannya, tapi tidak ibu jawab, ibu
kan tidak mengerti, saat di SMP juga, eka tidak mendapat peringkat 3 besar, ibu
juga heran, kenapa bisa begitu. Mamanya eka juga berubah, dia jadi suka
berdandan, padahal dulu, mereka kan tidak pernah begitu. Ayahnya pergi bekerja
ke Malaysia sebagai buruh kapal, eka juga sudah jarang bermain ke rumah ibu,
kadang-kadang nenek menanyakan tentang eka, ibu menjawab dengan sepengetahuan
ibu saja, nenek sangat sayang dengan eka, karena eka adalah anak yang membanggakan
dengan prestasinya, nenek juga sering membanding-bandingkan antara eka dan ibu,
ya, ibu bukanlah siswa yang berprestasi, jadi, wajar saja nenek lebih
membanggakan eka. Kelas 2 SMP, eka pindah rumah lagi, rumah yang sekarang,
lumayan jauh dari rumah ibu.
Jadi, ibu dan teman-teman
yang lain merindukannya, ohya, bukan hanya eka yang sudah jarang berkumpul
bersama, seperti titin, dek eka, dan arul juga sudah jarang berkumpul, biasanya,
dek eka dan titin masih bisa berkumpul, sedangkan arul, sudah tidak pernah, dia
sudah menemukan teman baru yang mungkin lebih pantas untuk teman mainnya.
Hahaha,,, ya, karena selama ini kan dia hanya bermain dengan wanita. Dan
rata-rata dari mereka saat itu sudah memiliki pacar, bahkan dek eka teman kami
yang paling kecil sudah mengerti soal cinta, kecuali ibu dan mida, ya, di kelas
2 SMP, kami sudah mulai bisa berpacaran, tapi, ya, hanya cinta monyet lah, apalagi
ibu yang kurang mengerti soal percintaan. Di kelas 2 semester II, ibu sudah
tidak pernah pacaran lagi, yang jelas, dari kami ber-enam, mungkin hanya ibu
yang berpacaran baru sekali saat itu.
Baiklah, kembali lagi
dengan cerita teman-teman ibu, pada semester 1 kelas 3 SMP, eka pindah rumah
lagi, dan tidak di ketahui kemana pindahnya, ibu dan mida terus mencari tahu
tentang keberadaannya, dari usaha kami, kami mendapat informasi bahwa eka pergi
ke sambas bersama ayahnya, belum lama dari informasi itu, kami mendapat kabar
bahwa orang tua eka sudah bercerai dan eka harus pergi ikut mamanya, entah
kemana. Ibu dan teman-teman selalu bersama tanpa eka dan arul, kalau
diingat-ingat, kami semua merasa sedih, harus melalui semua tanpa mereka. Mida
lah yang sering bermain bersama ibu, jika dia bermain ke rumah ibu, kami selalu
membicarakan tentang masa kecil.
“na, masih ingat nggak,
dulu di ruang TV ini, kita sering berdansa dengan music dari radio kecil, tidur
bersama, kamu masih ingat?” Tanya mida pada ibu.
“masih donk, aku tidak
pernah lupa dengan hal itu.” Jawab ibu
Saat hari raya idul
fitri, ibu dan teman-teman lama berkumpul lagi, kami berkunjung ke rumah
teman-teman yang lain, pergi ke Mall, menggunakan angkutan umum. Beberapa lama
kemudian, kami mendapat kabar bahwa salah satu teman kami akan menikah, yaitu
eka, saat libut sekolah, ibu dan mida berusaha mencari tahu yang sebenarnya.
Satu hari sebelum masuk sekolah, ibu dan mida pergi ke rumah salah seorang
teman yang katanya, dia adalah teman dekat eka di SMP, namanya Dea, ibu dan
mida pergi menyusuri jalan Adisucipto, dan menyusuri jalan parit tengkorak,
setelah beberapa menit kami berputar-putar, akhirnya kami menemukan rumah Dea.
Di sana, kami berbincang-bincang, lalu Dea, memberi nomor telepon eka, dan
mengizinkan kami menelepon eka menggunakan telepon selulernya. Kami
berbincang-bincang sangat lama, ternyata, eka sudah tidak bersekolah lagi, dia
sekarang telah bekerja di kebun kelapa sawit, jabatanya pun tak jelas, dia
sebagai apa. Karena penasaran, kami bertanya soal kabar yang baru-baru ini
terngiang di telinga kami.
“ka, apakah benar, kamu
sudah mau menikah?” Tanya mida
“oh, belum kok, nanti
kalau bulan Desember, aku baru mau tunangan di Jawa.” Jawab eka
“yang benar saja ka?
Apakah kamu tidak ingin sekolah lagi seperti dulu?” Tanya mida dengan wajah
kaget
“mau sih, tapi mau
gimana lagi” jawabnya
“tapi sangat
disayangkan kalau kamu menikah di usia yang masih belia seperti ini” kata mida
“hem,,, ya begitu lah,
udah dulu ya, aku mau pergi kerja, aduh panas sekali disini” jawabnya
“pakai payung saja agar
tidak panas” saran mida
“payung? Hari gini
masih pakai payung, ih, enggak ah. Malu” jawabnya
“ya allah ka, ingat,
dulu kamu tu gimana? Kamu sangat berbeda sekarang” kata mida.
“udah ah, aku mau pergi
kerja dulu” jawabnya sambil menutup telepon
Ibu dan mida sangat
heran dengan perkataan eka tadi, dia sudah sangat berubah, bahkan pakai payung
saja, sekarang dia tidak mau. Kami tidak habis pikir, eka yang dulu bukanlah
eka yang sekarang, saat itu, titin dan dek eka sudah tidak pernah bermain
bersama kami, jadi, ibu dan mida lah yang masih selalu bersama, kadang-kadang,
kami bermain sepeda bersama, membuat video bersama, hingga ibu membuat akun
YouTube, dan video kami, ibu masukkan ke dalam YouTube, agar kami bisa selalu
melihatnya, walaupun video yang asli telah di hapus dari HP, dan ibu harap,
teman-teman yang lain juga bisa melihatnya. Semua itu terus berlalu, hingga
kami menginjak kelas 1 SMA, semenjak
SMA, ibu bertekad untuk berubah lebih baik, kelas X semester I, ibu mendapat
peringkat pertama di kelas, ibu sangat bangga, karena itu adalah hal yang
sangat jarang ibu dapatkan, karena peringkat itu, ibu bisa membuat nenek
bangga.
Ibu terus berusaha agar
menjadi lebih baik dan lebih baik, pada suatu hari, eka berkunjung ke rumah
ibu, dia sudah sangat berbeda, ibu dan teman-teman memeluknya, karena sudah
lama tidak berjumpa, hari itu benar-benar sangat menyenangkan, kami bisa
berkumpul lagi. Saat itu, eka sudah tidak bekerja di kebun kelapa sawit, dia
bekerja sebagai pembantu rumah tangga, malam itu, kami pergi berkunjung ke
rumah majikannya di Parit H. jusin I, hari menjelang malam, kami pamit untuk
pulang ke rumah masing-masing, saat itu, ibu melihat mata eka tampak
berlinang-linang, ibu tahu dia sedang menyembunyikan rasa sedihnya. Semua telah
berlalu, kelas 2 SMA, ibu mendapat kabar bahwa eka telah menikah dengan seorang
pria yang bekerja sebagai Bos di kebun kelapa sawit, sangat di sayangkan, kalau
orang berprestasi seperti dia harus menikah di usia yang sangat muda.
Semua itu telah
berlalu, hingga ibu menginjakkan kaki di perguruan tinggi FKIP, atau yang lebih
dikenal dengan nama UNTAN, saat itu ibu
berumur 18 tahun, ibu mengambil jurusan bahasa inggris, di ulang tahun ibu yang
ke-19 tahun, ibu mendapat beasiswa untuk
belajar di Negara Amerika Utara yaitu Ontario, Canada. Itu adalah hadiah yang
luar biasa yang pernah ibu terima dari sebelumnya, ibu di sana selama 3 tahun,
setelah umur ibu 22 tahun, ibu pulang ke Pontianak, ibu juga sudah mulai
bekerja sebagai guru honor di MAN 1 Pontianak, gajinya ibu tabung, hingga usia
ibu mencapai 24 tahun, ibu sudah menjadi PNS, nah, saat itu ibu di sarankan
untuk menjadi dosen di UNTAN, gajinya ibu tabung lagi, hingga semua uangnya
sudah terkumpul, ibu mewujudkan cita-cita nenek dan kakek, ibu mengajak mereka
pergi Haji bersama, ibu belum mau pacaran saat itu, pokoknya ibu focus untuk
membalas budi kepada nenek dan kakek, ibu berusaha untuk mewujudkan semua
keinginan mereka. Sedangkan eka, dia sudah punya 3 orang anak yang sudah
besar-besar, dan sekarang, kabarnya dia di tinggalkan oleh suaminya, ibu juga tidak
tahu pasti soal dia. Yang jelas, hidup
ibu serasa bahagia hingga sekarang. Di tambah lagi dengan kehadiran kamu dan
adik kamu ini, semua terasa lengkap.
Sekitar 1 jam, aku
bercerita tentang persahabatanku kepada daril.
“bu, aku mau Tanya,
kalau ibu belum mau pacaran saat itu, berarti bagaimana ibu bisa bertemu dengan
ayah?” Tanya Daril
“hem, nanti saja, kalau
umur kamu sudah cukup dewasa, yang jelas, sekarang, ibu mau, kamu jangan pernah
pacaran di usia yang sangat muda, lebih baik kamu berteman saja ya.” Jawabku
“baiklah bu” katanya
sambil menundukkan kepala
“kamu kenapa? Masih nggak
mau ikutin perkataan ibu? Ya sudah, nanti, kalau kamu menyesal, jangan pernah
berbalik kepada ibu ya” jawabku
“tidak bu, daril akan
jadikan dia teman saja, dan daril akan minta maaf dengan Kevin, ohya bu, daril
ingin lihat rumah teman ibu yang namanya eka donk” kata daril memohon
“oh, ok! Yuk” jawabku
sambil membawa daril pergi melihat bekas rumah eka.
Sesampainya di sana,
daril merasa heran
“mana rumahya bu?
Disini hanya ada beberapa pohon pisang, kolam dan rumah kontrakkan milik ibu”
tanyanya
“di beberapa pohon
pisang itu lah letak rumahnya dulu dan di kolam itulah tempat dimana eka
membersihkan tubuhnya” kataku dengan mata yang berkaca-kaca
“oh, di situ rupanya,
ya sudah ayo pulang bu, hari sudah sore, sebentar lagi kan ibu akan
bersiap-siap untuk pergi mengajar, ohya ibu janji ya akan menceritakan kisah
ibu bertemu dengan ayah?” katanya
“iya ibu janji, sudah,
ayo pulang” jawabku
Kami pun pulang ke
rumah, ternyata di rumah, suamiku baru pulang kerja, aku dan daril menyambutnya
dengan senang hati, dari dalam rumah tampak Lidya yang baru bangun tidur sedang
mencari kami dengan wajah tersenyum, suamiku langsung menggendongnya dan kami
semua, masuk ke dalam rumah bersama.
No comments:
Post a Comment